Perjuangkan Pendidikan Agama Islam yang Holistik, Prof. Sukiman Dikukuhkan sebagai Guru Besar
Guru Besar Prof. Dr. Sukiman, S.Ag., M.Pd. berjabat dengan Ketua Senat UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, M.A.
Prof. Sukiman mengatakan, Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah akan lebih berhasil jika mengacu pada Kurikulum berbasis Paradigma Teo-Antropo-Ekosentris. Perumusan tujuan pembelajaran PAI di sekolah, baik pada aspek akidah, akhlak, Al-Qur’an, hadis, fikih, dan sejarah kebudayaan Islam perlu dikembangkan berbasis Paradigma Teo-Antropo-Ekosentris. Yakni tidak hanya berpusat pada ranah Ketuhanan (Teosentris), tetapi juga harus berorientasi pada ramah manusia (Antroposentris), dan ramah alam semesta/lingkungan (Ekosentris).
Tujuan pembelajaran PAI tidak hanya diorientasikan untuk tujuan-tujuan Ketuhanan,tetapi juga dikontekstualisasikan dengan problem-problem kehidupan manusia dan alam semesta/lingkungan. Seperti persoalan HAM, gender, pluralisme, toleransi, demokrasi, ketidakadilan, kemiskinan, eksploitasi, kelestarian lingkungan alam, dan semua masalah kehidupan lainnya, yang pada nilai-nilai Ketuhanan.
Hal tersebut ditegaskan oleh Prof. Sukiman saat menyampaikan pidato Guru Besar pada Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar, bertempat di Gedung Prof.H.M. Amin Abdullah (Multipurpose), kampus UIN Sunan Kalijaga, 30/11/2022. Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) ini dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pengembangan Kurikulum oleh Ketua Senat, Prof. Dr. Siswanto Masruri, berdasarkan SK. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 40385/MPK.A/KP.05.01/2022.
Lebih jauh dalam Orasi Ilmiahnya ini Prof. Sukiman menyampaikan, menurutnya PAI di sekolah sampai saat ini belum cukup berhasil. Bahkan berbagai kalangan masih menganggap pendidikan PAI belum berhasil mewujudkan misi dan tujuannya. Kondisi ini tidak lantas menjadi alasan untuk menghapus PAI dari kurikulum sekolah, seperti yang akhir akhir ini didengungkan. PAI di sekolah masih sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan karakter pada generasi bangsa, kata Prof. Sukiman.
Apalagi dikaitkan dengan tren kehidupan era global, dimana peran agama menguat sebagai basis ideologi untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang damai dan harmonis. Oleh karena itu perlu ditempuh solusi perbaikan dan penyempurnaan PAI di sekolah. Dimulai dari hal yang sifatnya sangat mendasar,yaitu: paradigma yang digunakan. Sudah saatnya PAI tidak lagi didasarkan pada paradigma yang sifatnya parsial. Yang telah banyak mengakibatkan tumbuh dan berkembangnya split personality pada diri peserta didik/masyarakat.
Selanjutnya pendidikan PAI di sekolah perlu berpijak pada paradigma yang holistik-integratif, yakni: paradigma Teo-Atropo-Ekosentris. Ketika penyelenggara pendidikan Agama Islam sudah menjiwai paradigma ini diharapkan akan berdampak pada pembentukan pemahaman dan pola pikir peserta didik yang utuh yang berimplikasi pada sikap dan perilaku mereka. Peserta didik dapat menjadi pribadi yang memiliki keimanan yang kuat kepada Tuhan dan taat beragama. Pada saat yang sama nilai-nilai keimanan dan ketaqwaannya tersebut terefleksikan dan terimplementasikan dalam kehidupan sehari hari. Mereka memiliki keimanan yang kuat, yang dibarengi dengan sikap dan perilaku mereka yang peduli terhadap sesama dan alam semesta.Hingga terwujudlah kehidupan yang harmoni dan damai, demikian jelas Prof.Sukiman.
Dalam sambutannya usai pengukuhan Guru Besar Prof. Sukiman, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Al Makin antara lain menyampaikan, Prof Sukiman menunjukkan perhatiannya yang luas pada persoalan pendidikan Agama Islam. Tetapi juga menyangkut epistemologi/sumber pengetahuan tentang relasi tiga utama: Tuhan, manusia dan alam. Ini persoalan besar manusia dan itulah persoalan dunia, kata Prof. Al Makin.
Sependapat dengan orasi ilmiah Prof. Sukiman, Prof. Al Makin mengemukakan, masih banyak hal keagamaan dan persoalan kemanusiaan saat ini yang belum dapat diselesaikan melalui PAI, sehingga PAI perlu terus disempurnakan seperti yang dikonsepkan Prof.Sukiman. Dan perlu juga melakukan pembenahan-pembenahan metode pembelajaran Agama Islam hingga berhasil menyentuh hati manusia untuk selalu berbuat baik dan enggan melakukan perbuatan yang dilarang dalam Agama. Juga berhasil membawa anak didik dapat melaksanakan ibadah dan ajaran Islam dengan baik mulai dari hal yang mendasar.
Seperti: praktek-praktek peribadatan, membaca dan menulis Al Qur’an dengan baik, dapat melaksanakan shalat dengan tertib, dapat melaksanakan ibadah puasa wajib dan sunnah dengan baik, dan menjalankan ibadah –ibadah pokok lainnya. Pembelajaran PAI diharapkan dapat mendidik moral bangsa yang terus membaik, dapat meredam kriminalitas yang merajalela saat ini, dapat meredam kebiasaan masyarakat minum minuman keras, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, hingga dapat menyelesaikan masalah-masalah kenegaraan seperti: korupsi, kolusi, nepotisme di semua sektor kemasyarakatan, perilaku konsumtif, berperilaku hidup mewah dan mudah tergoda untuk berbuat tidak baik. Juga problem akut masyarakat akibat fanatisme agama. Tak kalah penting membentuk masyarakat yang peduli terhadap lingkungan alam yang dianugerahkan Tuhan untuk kepentingan kehidupan umat manusia (limbah, sampah, pencemaran air, penebangan dan penggundulan hutan dan seterusnya), demikian Prof. Al Makin.
Prof. Sukiman lahir tahun 1972 di Magetan, Jawa Timur. Sedari kecil, Prof. Sukiman menghabiskan waktu dengan membantu ayahnya yang bekerja sebagai tukang kayu. Dirinya mengaku sangat menyukai pekerjaan tersebut dan ingin melanjutkan profesi seperti ayahanda nantinya. Namun, jalan hidupnya kini menjadi berbeda, dimana ia menjadi seorang pendidik hingga berhasil mencapai karir tertinggi sebagai guru besar. Baginya hal ini adalah takdir dan rahmat dari Allah SWT. yang harus Ia tekuni dengan baik, demikian aku Prof. Sukiman. (Tim Humas)