Memajukan Khazanah Keislaman Dengan Spirit Tasawuf
Narasumber menyampaikan materi pada seminar nasional
Persoalan tentang pluralisme agama lagi-lagi menjadi penting untuk dibahas, seiring munculnya isu-isu tentang radikalisme agama. Indonesia yang merupakan negara mayoritas Islam sesungguhnya mempunyai potensi yang besar untuk memajukan khazanah keislaman di dunia.
Sebagai jawaban atas tantangan zaman tersebut Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga dalam rangka memperingati Ambal Warsa mengadakan Seminar Nasional yang bertemakan “Menaksir Khazanah Intelektual Islam Indonesia dalam menjawab Persoalan Bangsa” dengan keynote speaker Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D. dan narasumber Dr. H. Abdul Mustaqim, S.Ag. M.Ag. (Kepala Prodi Ilmu Al-Qur’an) dan K. Iwan Masduqi Lc. M.Hum., (Pimpinan Ponpes Assalafiyah dan alumnus Fakultas Ushuluddin), Selasa (3/10) kemarin.
Dalam kesempatannya Rektor UIN Sunan Kalijaga menyampaikan bahwa Islam di Nusantara dapat berkembang karena nilai-nilai tasawuf yang dimilikinya. Sekarang ini spirit tasawuf kian surut dari keislaman Indonesia dan mulai terpengaruh dengan budaya kearaban.
Menurut Yudian Wahyudi penyebaran Islam di Nusantara dapat berlangsung dengan damai karena memperhatikan nilai-nilai tasawuf danlocal wisdomatau kearifan lokal adalah sesuatu yang patut dibanggakan. Para ulama nusantara terdahulu yang merupakan sosok dibalik keberhasilan tersebut sangat berperan untuk mengembangkan religiusitas di Indonesia khusunya dalam peningkatan khazanah keilmuan Islam di Indonesia
Dr. H. Abdul Mustaqim juga mengatakan warisan ulama nusantara merupakan potensi yang patut di unggulkan. Beliau memberi contoh dengan kisah KH. Sholeh Darat yang merupakan seorang guru besar yang menggunakan hurufpegondalam kitab tafsir karangannya.Pegonmerupakan bahasa jawa yang dituliskan menggunakan huruf Arab. Kyai Sholeh merasa tulisan pegon jawa mempunyai derajat yang sama dengan tulisan berbahasa Arab untuk menuliskan pengetahuan-pengetahuan Islam khususnya oleh para ulama Indonesia yang rata-rata berdimensi sufisme.
Pimpinan Pondok Pesantren Assalafiyah yang biasa dipanggil Gus Iwan juga menyetujui dengan anggapan tersebut. Syariat yang berdimensi sufisme itu akan memberikan dampak rohmah atau kasih sayang yang akan menyertai sikap perbuatannya, sehingga hal tersebut dinilai sangat membuahkan dampak yang baik dilihat dari isu-isu radikalisme yang sekarang sedang marak. (Royan-Khabib/humas)