Orasi Ilmiah Mensyukuri Kelahiran ke-73 UIN Sunan Kalijaga: Globalisasi Medan Pertempuran Imajinasi

Globalisasi dipandang sebagai medan pertarungan untuk memproduksi imajinasi, yang merupakan tantangan paling substantif bagi Islam Jawa. Imajinasi diartikan sebagai mekanisme dalam otak untuk melihat dan menggambarkan diri, baik melalui media, narasi, maupun bahasa. Penting untuk memperhatikan cara umat Islam menggambarkan diri mereka melalui berbagai media, serta bagaimana Islam dipersepsikan oleh pihak lain, seperti Amerika Serikat. Dalam konteks ini, Benedict Anderson mengemukakan konsep "komunitas terbayangkan" untuk menjelaskan bagaimana sebuah komunitas atau umat membayangkan identitas dan eksistensi mereka.

Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr. Yasraf Amir Piliang, M.A. dalam orasi Ilmiah bertajuk “Islam jawa dan tantangan global” pada puncak perayaan Mensyukuri Kelahioran ke-73 UIN Sunan Kalijaga, bertempat di Gedung Multipurpose kampus setempat, pada Senin (30/09/2024).

Lebih lanjut, Prof. Yasraf membahas tentang imajinasi ke-Islaman yang merupakan cara umat Islam mengekspresikan diri melalui narasi yang terwujud dalam seni, pemikiran, filsafat, dan sastra Islam. Ia juga menyoroti imajinasi kerasulan yang menggambarkan bagaimana para rasul membayangkan umat di masa depan. Kekuatan imajinasi, menurutnya, sangat penting dalam dunia sains, di mana para ilmuwan memanfaatkan imajinasi untuk merumuskan penemuan-penemuan besar terkait jagat raya dan sistem bernegara.

Dalam orasinya, Prof. Yasraf menjelaskan bahwa terdapat dua jenis imajinasi: imajinasi reproduktif yang berfokus pada kejayaan Islam di masa lalu, imajinasi produktif yang mengarah pada inovasi dan kemajuan Islam di masa depan. “Tantangannya adalah tidak hanya umat Islam yang berimajinasi, tetapi juga agama dan kelompok lain yang berusaha menggambarkan umat Islam. Hal ini menciptakan medan pertarungan global antara berbagai narasi, terutama dalam konteks globalisasi yang dapat menggeser nilai-nilai ke-Islaman. Untuk itu, Islam harus mampu mendefinisikan diri sebelum didefinisikan oleh pihak lain” ungkapnya.

Pasalnya, Berbagai jenis imajinasi diproduksi, termasuk imajinasi imperialis yang mendefinisikan Timur dan Islam sesuai kepentingan Barat, serta imajinasi dialogis dan multicultural, terlebih Imajinasi dekonstruktif yang menunjukkan potensi untuk mendekonstruksi pemahaman tentang teks-teks ke-Islaman. Tidak hanya itu, menurutnya era digital adalah tantangan baru yang dihadapi umat Islam dalam memproduksi imajinasi. Munculnya digitisasi agama yang merubah perangkat agama dari bentuk fisik menjadi digital serta digitalisasi agama yang merubah nilai-nilai keagamaan adalah bukti konkret dari tantangan tersebut. Misalnya munculnya AI (Artificial Intelegent) yang ke depan tidak menutup kemungkinan dikembangkan untuk menegasikan Tuhan.

Menutup orasi, Prof. Yasraf menekankan globalisasi dan digitalisasi yang saat ini ramai dengan kemunculan AI sebagai dijadikan sebagai bahan renungan bagi umat Islam untuk mendorong inovasi. "Kita harus aktif memproduksi imajinasi-imajinasi baru untuk kemajuan Islam melalui riset, bukan hanya terjebak pada imajinasi reproduktif," pungkasnya.

Orasi ini tentunya dapat menjadi renungan positif dan produktif bagi upaya upaya pengembangan akademik di kampus UIN Sunan Kalijaga dalam menghadapi berbagai tantangan globalisasi dan pesatnya arus teknologi infomasi. (tim humas)