Sejumlah Dosen dan Peneliti UIN Sunan Kalijaga Mengikuti AICIS
Menkominfo saat menyampaikan sambutannya pada pembukaan AICIS ke-19 (1/10/19)
Sejumlah dosen dan penelitidi lingkup Perguruan Tinggi Keagaamaan Islam Negeri (PTKIN) mengikuti forum Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) di Hotel Mercure Batavia, Jakarta (1/10/19). Tidak ketinggalan para dosen, peneliti dan guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga berpartisipasi aktif di forum ini. Acara yang berlangsung sampai dengan tanggal 4 Desember 2019 ini dihadiri pula para rektor dan guru besar di lingkup PTKIN, para duta besar negara sahabat, Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, dan Dirjen Pendikan Tinggi Islam, Kementerian Agama.
Rudiantara (Menkominfo) saat membuka secara resmi acara AICIS ke-19 semalam, antara lain mengatakan, era disrupsi 4.0 harus disikapi dengan sigap oleh stakeholder pendidikan Islam. Zaman berubah dengan cepat. Semua urusan hidup saat ini sudah terhubung dengan teknologi digital, terutama melalui ponsel.
Di tengah perubahan zaman yang cepat, lanjut Rudiantara, pendidikan Islam dipaksa masuk ke dalam paradigma baru. "Pengajaran saat ini tentu saja tak bisa textbook lagi. Generasi saat ini harus didorong kreatif”.
Zaman yang bergerak cepat ini sejatinya merupakan peluang, karena Indonesia adalah negara besar sehingga bisnis digitalpun melonjak dan diperkirakan US$ 130 milyar di tahun 2020.
“Pendidikan Islam dapat mengambil peran strategis sebagai imunisasi generasi muda dari hoax, fitnah dan namimah (mengadu domba). Populasinya yang besar sangat potensial untuk mengambil peran tersebut,” ujar Rudiantara.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin menambahkan, pertemuan ini memang diarahkan agar sarjana dan akademisi Islam dapat berkontribusi memecahkan masalah dunia.
Pendidikan Islam adalah ekosistem besar. Saat ini terdapat hampir seribu perguruan tinggi Islam, 72 ribu pendidikan dasar-menengah, 30 ribu pesantren, dan 7 juta madrasah takmiliyah. Dari lembaga itu terdapat 10 juta siswa, 4 juta santri, 1 juta guru, 32 ribu dosen, 500 profesor, dan 6000 doktor. "Total stakeholder pendidikan islam berjumlah 28 juta," tandas Kamaruddin.
"Bila sumber daya yang besar ini dikelola dengan baik dan diarahkan untuk berkontribusi positif, maka hasilnya akan luar biasa," sambungnya lagi.
Pihaknya memprakarsai pertemuan ini agar studi Islam di Indonesia dapat lebih berperan dalam menjawab persoalan keislaman dunia. "Kami semua berkepentingan agar studi Islam selalu mengikuti perkembangan zaman dan tidak teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat" katanya.
Ketua Panitia Konferensi, Prof. Noorhaidi, M.A., M.Phil., Ph.D. yang juga Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam laporannya menyampaikan, konferensi tahunan ini mengambil tema "Digital Islam, Education and Youth: Changing Landscape of Indonesian Islam" yang akan ini membahas 450 paper dari 1300 yang diseleksi.
Beliau menambahkan bahwa di era sosial media ini, kemampuan publik untuk membedakan antara kebenaran dan retorika menjadi minim. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada perkembangan Islamic society.
Hal ini menjadi salah satu tema utama yang dibahas dalam AICIS kali ini, yakni "Religion and Philosophy in the Post-truth Age" yang akan dibahas oleh empat orang guru besar studi Islam dunia, yaitu Hans-Christian Günther (University of Freiburg) Germany, Giuseppina Strumiello (University of Bari, Italy), Mohammad Reza Hashemi (Ferdowsi University), dan Mohd Roslan Mohd Noor (University of Malaya, Malaysia). Selain itu juga akan dibahas tema lain, seperti : Response to the Era of Disruption, Making and Consuming Islam Online: The Reconfiguration of a Discursive Tradition?, dan Islam in the Digital Age Islamic Philoshopy for Millennials.
Keynote speaker dalam konferensi ini ada Peter Mandaville, Profesor dalam Bidang Politik Pemerintahan George Mason University, Virginia USA dan menjadi penasihat senior di Office of Religion and Global Affairs Amarika Serikat yang saat ini menggeluti bidang new media dan studi perbandingan otoritas keagamaan dan gerakan sosial di dunia Islam yang fokus pada generasi muda. Sementara itu, juga ada beberapa pakar Islam dan media antara lain Garry R. Bunt (University of Wales), dan Abdul Majid Hakemollahi (ICAS London).
Selain dihadiri oleh Rektor, Wakil Rektor sertaDirektur Pascasarjana, dosen dan peneliti UIN Sunan Kalijaga yang mengikuti forum ini, antara lain: Fatimah Husein, M.A., Ph.D., Drs. H. Jarot Wahyudi, M.A., Prof. Dr. Phil. Al Makin, M.A. Dr. Ahmad Bunyan Wahid, M.Ag., M.A., Dr. Saifuddin Zuhri, S.Thi., M.A., Dr. Suhadi, M.A., Rinduan Zain, S.Ag., M.A., Dr. Imelda Fajriati, M.Si. Najib Kaelani, S.Fil.I, M.A., Ph.D., Dr. Erika Setyanti Kusumaputri, S.Psi., M.Si., Dr. Alim Roswantoro, M.Ag., Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., Dr. H. Ibnu Burdah, S.Ag., M.A., Dr. Munirul Ikhwan, Lc., M.A., Dr. Moch. Noor Ichwan, M.A., AsepJahidin, S.Ag., M.Si.,dan Faisal Luqman Hakim, S.Ag., M.Hum. (tim humas)