Sambutan Rektor UIN Sunan Kalijaga dalam Pembukaan IPPBMM 2021

Sambutan Rektor UIN Sunan Kalijaga acara IPPBMM

Prof. Dr. phil. Al Makin, S.Ag. MA

Assalamualaikum wr. wb

Yang kita muliakan bersama, Bapak Sekjend Kemenag Prof. Kyai H. Dr. Nizar Ali,

Direktorat JenderalPendidikan Islam -Kementerian AgamaRIDr. H. MuhammadAli Ramdhani, S.TP., MT

DirekturPendidikan Tinggi Keagamaan Islam Kemenag RI, Prof.Dr.Suyitno, M.Ag

Para Rektor semua PTKI se-Jawa dan Madura, sebagian Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku juga hadir, terima kasih atas kehadirannya,

Para tamu undangan lainnya,

Ketua dan sekretaris Senat UIN Sunan Kalijaga,

Wakil Rektor 3 (terima kasih atas kerja kerasnya), 2 (tanpa beliau tidak cair dananya), dan 1 (semangatnya yang luar biasa),

Terima kasih Pak Kabiro berdua, Kabag, panitia IPPBMM 2021 yang bekerja keras untuk menyiapkan acaraini

Para Dekan,

Para Wakil Dekan,

Para Kaprodi,

Para Atlet baik dari UIN Sunan Kalijaga maupun dari PTKI lain (selamat datang di kampus UIN Sunan Kalijaga),

Para pelatih, para panitia, para penonton penyemangat daring atau luring

Kira-kira 2 juta tahun yang lalu, spiesies homo atau homonid, yaitu semacam manusia, keluar dari Afrika. Spiesies ini telah berevolusi dari berjalan dengan kaki empat menuju jalan dengan kaki dua, yang jauh lebih efektif untuk lari dari terkaman binatang pemangsa. Jalan dan lari adalah olah raga pertama yang dilakukan oleh homo. Jadi berjalan dan berlari adalah olahraga tertua yang dilakukan manusia. Dari Afrika mereka bermigrasi berkali-kali. Tentu dengan jalan kaki dan berlari. Yang paling akhir bisa diperkirakan 300 sampai 200 ribu tahun yang lalu.

Jika kita mengacu pada migrasi pertama homo, maka usia berjalan kaki dan berlari, kira-kira 2 juta tahun. Jika kita mengacu pada migrasi homo kedua, usia jalan kaki dan berlari itu kurang lebih 300 ribu tahun.

Sekitar 45 ribu tahun lalu manusia sudah melukis tangan sendiri dengan arang, juga hewan buruan, babi. Itu dilakukan oleh jenis homo sapiens di Sulawesi, tepatnya di gua Maros. Itulah lukisan tertua di dunia terletak di gua di Indonesia. Di Spanyol juga ada lukisan hewan kuda di gua El-Castillo, tetapi lebih muda dari Sulawesi, kira-kira 40 ribu tahun yang lalu. Di Perancis di gua Chauvet-Pont-d'Arc terdapat lukisan hewan-hewan yang lebih lengkap.

Aktivitas manusia kuno homo, terutama homo sapiens seperti kita, itu dua: olahraga dan berseni, kebetulan berjalan dan melukis.

Baru kemudian kita melihat aktivitias lainnya. Dua situs tua dunia ditemukan di Gobekli Tepe (Harran Taurus dekat Eufrat) dan Catalhuyuk (Anatolia Turki): Disitu terdapat upacara berkorban hewan, berarti aktivitas beribadah, dan juga penyembahan pada dewa, tepatnya Dewi. Itu diperkirakan 10 ribu tahun yang lalu.

Manusia berseni dan berolahraga lebih dahulu, setelah sehat dan kuat, kemudian beribadah.

Kita tahu peradaban Mesir kuno yang membangun piramida, juga aktivitasnya berkisar pengetahuan, terutama astronomi, kedokteran, arsitektur, seni dan ritual keagamaan. Piramida menjadi saksi dan semua tercetak dalam lukisan-lukisan di dinding. Baik Babilonia dan Sumeria juga memberi gambaran kehidupan 5000 tahun sampai 2000 tahun sebelum Masehi aktivitas keagamaan, seni, dan pengetahuan.

Ada lagi aktivitas manusia yang selalu ada dan dilakukan peradaban kuno, pertengahan, serta modern: perang. Itu sudah lama dicatat Nicolo Machieveli dari Italia, Carl Philip Gottfried Clausewitz dan jauh-jauh hari Sun Tsu dari China.

Semua peradaban menceritakan perang dan perdamaian. Dari Romawi kuno kita mengenal formasi tentara. Strategi dan taktik perang ini juga diadopsi oleh pemerintah Umayyah di Damaskus dan Abbasiyah di Baghdad. Formasi tentara Romawi juga masih diwarisi kerajaan-kerajaan di Nusantara. Formasi kuno bernama supit urang di Yogyakarta dan kalajengking di kesultanan Ternate, baru saja saya dengar dari perdana mentrinya. Dalam tradisi Romawi: Legion, Cohort, dan Centurion. Pada era Macedonia disebut Phalank, pada era Romawi disebut Manipulus (velite, hastati, equites, principe, dan triari,).

Aktivitas perang inilah yang mengharuskan warga atau mawatin (dalam bahasa Arabnya) bugar dan kuat. Disitulah olahraga penting.

Islam awal 1500 tahun yang lalu mewarisi dunia kuno, ketika di provinsi Hijaz diwahyukannya pesan-pesan Ilahi. Badan kuat, berolahraga masih menempati urutan pertama. Olahraga dan kekuatan jasmani sangat penting untuk mempertahankan kota, kerajaan, dan suku-suku. Tak heran Umar bin Khattab berpesan.

Dari Umar bin Khattab, yang menulis pada penduduk Syam supaya mereka mengajarkan anak-anaknya berenang, memanah dan berkuda. Kita fahami dalam perdebatan di Indonesia, antara kaum tekstualis dan kulturalis, yang terpaku pada teks dan mereka yang menerima budaya: Apakah kita menjalankan olahraga hanya memanah atau olahraga secara umum.

(sumber: Kanzul Umal fi Sunanil Aqwali wal Af’al karya ‘Alauddin Ali bin Hisamuddin Al-Hindi dan kitab Jamiul Ahadits karya Imam As-Suyuthi, dari Islam.nu.or.id).

2500 tahun yang lalu, orang-orang Sparta, Athena, Thebe, Macedonia di kepulauan Yunani berlomba di bukit Olimpus: lari, lompat, lempar, tinju, gulat. Sebelum tanding, minta ramalan nasib di Delphi. Orang-orang Yunani kuno berdoa, berolahraga, juga berperang. Mereka akhirnya menjajah dunia dengan tentara dan budaya, dimulai dari Alexander sang agung. Filsafat, biologi, matematika, astronomi, kimia, psikologi dan lain-lain diwarisi dunia hingga kini. Para ilmuwan Muslim mulai dari al-Kindi, al-Khawarizmi, al-Farabi, Ibn Misykawaih, Ibn Sina, dan Ibn Rushd mengembangkan dan menterjemah karya-karya mereka.

Mulai dari Yunani, Romawi, hingga Islam: olahraga, seni dan pengetahuan menjadi satu kesatuan. Olahraga berarti sehat badan, seni menyehatkan spiritual dan membahagiakan, dan pengetahuan adalah obor bagi peradaban. Kita dari Kemenag saat ini, dari PTKI, UIN, IAIN, STAIN, mempunyai kewajiban memegang obor tua ini, seharusnya.

Olah raga dan pengetahuan sangat erat. Negara-negara maju olahraganya juga maju. Olimpiade pasti disapu bersih oleh Amerika, China, Eropa. Eropa Timur memegang medali cabang senam. Saat ini tenis menjadi andalan Eropa Timur. Bulutangkis seharusnya Indonesia menjadi nomer satu, tapi tidak lagi kompetitif dengan teknologi dan pengetahuan terkini, dilewati oleh India, Jepang, China, Korea, Jerman, Swiss. Indonesia, bukan berarti mengeluh dan merendahkan bangsa sendiri, saat ini terengah-engah dalam olahraga spesialisnya. Saya tahu Pak Sekjend suka bulutangkis, klubnya Prof. Trisno, Pak Jamrah, Prof. Sangkot dan lain-lain. Pak Direktur pingpongnya luar biasa, saya sudah mencobanya, smashnya mantabin Jiwa yang sehat, pikiran jernih akan menjadi. Penulis Romawi Juvenal Satire X bait (10.356).

orandum est ut sit mens sana in corpore sano.
fortem posce animum mortis terrore carentem,

You should pray for a healthy mind in a healthy body.
Ask for a stout heart that has no fear of death,

Berdasarkan survey Central Connecticut State university tahun 2016, Indonesia mendapati ranking 60 dari 61 negara menurut kesadaran membacanya. Negara-negara Eropa dan Amerika tentu teratas, kemudian di Asia ada Jepang, Korea Selatan, China, India. Ingat negara-negara itu juga penyapu medali dan juara dalam banyak kompetisi olahraga.

Selama masa pagebluk ini ada data baru bahwa warga Indonesia membaca 6 jam selama seminggu. Warga India selama 10 jam. Filipina selama 6.5 jam.

Korelasi antara olahraga, membaca dan kemajuan nampaknya jelas. Indonesia dalam banyak perlombaan belum menang. Belum pernah kita juara Asia dalam sepakbola, apalagi turut laga piala dunia. Padahal kecintaan warga Nusantara terhadap bola sama cintanya pada istri: Liga Eropa, Liga Inggris, Liga Italia, apalagi piala dunia.

Kita tak berani berinvestasi mendidik putra putri kita dalam berkarir olahraga. Tak ada anak-anak kita sekolah bola, bulu tangkis, lari, gulat, dan lain-lain. Semua ingin menjadi dokter, insinyur, dan pekerjaan formal yang mentereng ala baby boomers. Padahal hadiah petenis dunia seperti Novak Djokovic, Raphael Nadal, dan Roger Federer sekali menang di turnamen sebanyak 1 juta dollar. Endorsemen produk Federer tercatat 100 juta, hadiah turnamennya 6.3 juta. Itu rupiahnya: 1448950000000.00. Sudah lebih dari cukup untuk membangun kampus 2 Pajangan.

Apa yang kita pelajari dari olahraga?

Sikap yang digambarkan oleh Plato dalam Politea, atau Republicdalam latinnya, Siyasah atau Madinah menurut al-Farabi: wisdom (kebijakan), justice (keadilan), courage (keberanian), dan temperance (moderasi).

Olah raga semua cabang pasti adil, jarang wasit yang memihak. Pemainnya juga fairplay, sedikit sekali yang marah protes tidak adil lalu ngambek di layer TV. Mereka para pemain juga berani, dalam bermanuver, seperti Pak Sekjend dalam bulutangkis. Saat ini setiap Olimpiade atau Sea Games, berbagai bangsa, etnis, agama, politik, dan ideologi berkumpul saling menghormati. Ini adalah contoh toleransi, persaudaraan manusia (ukhuwah basyariah), dan kebhinekaan, serta moderasi yang dipromosikan pemrintah dan Kemenag.

PTKIN dan perguruan tinggi di Indonesia saatnya memajukan olahraga dan seni. Tidak hanya terpaku pada SKS dan matakuliah formal di kampus, yang cenderung menghafal dan mendogma, kurang mengajak mahasiswa berfikir analitis dan luas serta dalam, kreatif dan inventori (menemukan). Kita kalah dengan bangsa tetangga, seperti Singapora, Malaysia, Filipina, dan Thailand, saya kira karena kurikulum kita yang monoton dan itu-itu saja. Berfikir analitik dan empiris sangat kurang diajarkan. Berfikir hafalan dan mengulang-ulang terlalu banyak.

Dogma dan doktrin terlalu banyak dalam Pendidikan tinggi kita. Berfikir observatory dan inventory, menemukan dan kreatif masih lemah sekali. Sehingga semua ilmu dan produk kita import dari Barat atau Timur Tengah, China, Jepang, Thailand. Kita mengekspor hanya tenaga kerja saja, itupun yang bagian unskilled labor (atau bisa dibilang domestic workers atau pembantu rumah tangga).

Kita perlu courage, keberanian dalam mengubah kurikulum kita. Mengurangi SKS yang terlalu besar dan tumpeng tindih (overlapping). Mengarahkan mahasiswa ke riset lapangan, berfikir realistis tidak hanya menghafal, memacu kreatifitas bukan mengulang-ulang, mendorong menemukan bukan kopi paste dan meniru, atau mimicry.

Maka olahraga dan seni adalah jawabannya dalam IPPBMM ini. Semoga IPPBMM ini berkah menjadi ajang olahraga yang ideal sebagaimana digambarkan Plato dan al-Farabi, juga digambarkan oleh Umar bin Khattab,marilah kita sehat dan semangat seperti digambarkan dalam tokoh Sirah, Tarikh, Tahdzib, Manaqib.

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan senang hati menjadi kampus tua yang mengayomi semua bentuk kreatifitas, penemuan, empirisme, toleransi, moderasi, dialog antar iman, dan semua bentuknya. Mari Bersama-sama semua kampus di bawah PTKI mengejar impian al-Farabi dalam menggapai Ara Madinah Fadilah (kota yang Bahagia, atau eudaimonia dalam bahasa Yunaninya, atau sa’adah dalam bahasa Arabnya).

sumebyar ing suksmo madu sarining perwito
maneko warno prodo mbangun projo sampurno
sengkolo tido mukso kolobendu nyoto sirno
tyasing roso mardiko

mugiyo den sedyo pusoko kalimosodo
yekti dadi mustiko sakjroning jiwo rogo
bejo mulyo waskito digdoyo bowo leksono
byar manjing sigro sigro

apuh sepuh wutuh tan keno iso paneluh
gagah bungah sumringah ndadar ing wayah wayah
satriyo toto sembodo wirotomo katon sewu kartiko
ketaman wahyu kolosebo

Wassalamualaikum wr. wb