Semua Bahagia Menghadiri Pembukaan Pameran “Bersama dalam Beda, Berbeda dalam Sama”
Gelaran Pameran Seni Rupa di di Gedung Prof. H.M. Amin Abdullah dibuka oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pameran Seni Rupa yang akan berlangsung selama satu minggu (15 s/d 22/12/2021) dibuka oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Phil Al Makin, didampingi Wakil Rektor 1, bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Prof. Iswandi Syahputra, dan Wakil Rektor 3, Dr. Abdur Rozaki, ditandai dengan penyemprotan cat air di patung gajah dan lukisan stencil and spray paint on the wall, bertuliskan All Humanity Welcome, karya pelukis Indonesia yang sudah mendunia, Anagard.
Hadir pada pembukaan pameran kali ini, Butet Kartaredjasa, Kuss Indarto (Kurator), Nasikun, dan segenap seniman rupa yang karya-karyanya dipamerkan. Pengunjung sudah mulai memadati area pameran sebelum dibuka. Tidak hanya civitas akademika UIN Suka, rupanya masyarakat luas juga antusias ingin menikmati karya-karya seni rupa yang tidak biasa ini.
Dalam sambutannya sebelum membuka pameran, Prof. Phil Al Makin menyampaikan selamat datang di pameran seni rupa yang sama tapi beda, beda tapi sama, keragaman dan bhinneka tunggal ika. UIN Sunan Kalijaga adalah rumah bagi seniman, seni, iman, budaya dan tradisi. Kalau para seniman memerlukan rumah, mari bernaung di beringin depan itu. Seniman mari manggung disini. Seniman mari pameran di sini. Seniman mari bereksperimen disini. Tak perlu ragu, tak perlu sungkan, demikian ajak Prof. Phil Al Makin.
UIN adalah sahabat seniman, UIN rumah seni, rumah keragaman, rumah semua iman, ideologi, organisasi, adat, tradisi, berbagai macam doa dan dalam berbagai bahasa Mari mencari hiburan di akhir tahun, jangan terlalu serius, Jangan berfikir penyerapan anggaran, RKKALL, laporan, itjend, bpk Jangan berfikir kegiatan akreditasi, penghargaan, indeks, scopus, Tidak hanya riset, Tatap muka daring dan luring. Jangan terhanyut pada pandemic. Masa duka tersembuhkan dengan selfi2, lihat lukisan, faham atau tidak faham yang penting Bahagia, kata rektor.
Disampaikan, konsep keragaman saat ini dilupakan, tertimbun dengan radikalisme, extremisme, primordialisme, sektarianisme dan ego-ego yang mengklaim diri pemilik kebenaran. Maka melalui karya-karya seni rupa yang dipamerkan, pihaknya ingin memikirkan kembali konsep keragaman melalui ekspresi seni rupa. Ada lebih dari 106 lukisan terpampang dengan berbagai media, cat air, akrilik mixed, patung, collate, mixed media, oil painting, instalasi. Tema alam, manusia, meliput juga politik, sosial, dan agama kurang pada aspek ekonomi. Aspek agama lebih banyak disini, aspek sosial sedikit, aspek politik kurang.
Baca juga: Kepala BPIP : Pameran Seni Rupa UIN Suka Hidupkan Kepekaan Berbangsa
Semua karya yang dipamerkan sudah diamati. Full of surprises. three wild pigs painted deep in a limestone cave on the Indonesian island of Sulawesi at least 45,500 years ago. Joko Pekik dan Pak Alex. Several figures: places of worship, mosque, church, pure, klenteng, Old pictures of candi, buddha and hindu Prayers, orang-orang beribadah, Kalimat ibadah, kata Prof. Phil Al Makin. Ada lukisan Tokoh: Gus Dur ada dua karya, Buya Syafi’i Ma’arif satu karya. Yang menarik juga ada lukisan bertuliskan Jihart: komodifikasi karya modern, jelas realis, tetapi juga surrealist, tokoh itu bersorban membawa kuas, menarik menarik sekali. Sindiran yang halus eufemisme, Presiden Jokowi naik kerbau, dan Presiden Jokowi mengembala domba. Ini kalau dalam bahasa publik sudah demo berjilid-jilid, tetapi karena seni ya kita ketawa-ketawa saja.
Ada beberapa simbol garuda: hitam putih cipratan ekspresionisme, ada garuda Kembali ke Jatayu di Mahabarata, ada garuda bentuk wayang dengan tafsir modern. Pak Nasirun menemukan stempel IAIN ijazah kuno waktu itu. Pak Butet mencipta karya tentang agama. menurutnya Agama itu air, mengalir. Ini seperti dalam Tao Te Ching, ya Daoisme, tentang keseimbangan, tentang alam tentang manusia, tentang kebajikan kuno.
Ada Pak Siddiq yang memamerkan karyanya tentang Teknik china. Ada banyak percobaan dan kreasi yg tidak bisa diungkap dalam bahasa lain, seperti bahasa jurnal, bahasa diskusi, seminar dan seterusnya. Ada ruang frame, dan kanvas, juga ada material. Para seniman berusaha untuk berkreasi dan improvisasi melampaui Teknik, melampaui metode, out of the box versi para seniman, yang kaya akan makna.
Seniman dan akademisi saling dorong, saling angkat, saling kolaborasi tanpa atas nama kepentingan bersama, tidak saling bersaing, tidak saling mengancam tentu saja, tetapi saling menguntungkan/mutualisme. Seniman berkreasi, kita menikmati, plus memaknai. “Saya ingin semua merasa nyaman berada di kampus UIN Sunan Kalijaga ini,” demikian ajak Prof. Phil Al Makin.
Kuss Indarto menyapa semua pengunjung pada pembukaan pameran. Disampaikan bahwa pameran seni rupa kali ini menjadi peristiwa yang monumental untuk para seniman. Ini bukan pameran yang biasa. Dirancang selama setahun setelah pertemuan melukis bersama di kampus UIN Sunan Kalijaga Oktober tahun lalu. Ajakan Rektor UIN Suka untuk pameran di kampus menjadi energi yang luar biasa bagi Kuss Indarto untuk mengumpulkan karya seni rupa yang bisa dipamerkan atau mencipta karya lagi sesuai tema”Bersama dalam Beda, Berbeda dalam Sama.” Berbekal semangat tanpa proposal, door to door, hingga bisa mengumpulkan karya dari 106 orang seniman rupa dari Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta. Karya-karya seni rupa (patung, stencil art, desain grafis, mural, dan fotografi).
Melalui pameran yang tidak biasa ini para seniman ingin ikut menyuarakan bahwa kesadaran dan pemahaman tentang pluralisme itu penting. Seniman bukan hanya followers, tetapi aparatus kebudayaan, produsen issue, trendsetter. Seni rupa menjadi ekspresi penting dalam memecahkan persoalan. Sekarang ini dikuasai bidang-bidang lain. Seni rupa harus dapat menjadi pengimbang.
Maka dipamerkan dari mulai mural yang ada di gardu hingga dalam gedung yang menggambarkan ekspresi, pengharapan, cerminan masyarakat kita hari ini dan ke depan. Ada satu karya fotografi yang mengandung pesan kuat, tentang bisnis beda agama, yang secara visual digambarkan berjalan saling membutuhkan dan saling menguntungkan, tidak ada konflik. Pameran ini menarik karena ada di kampus UIN Sunan Kalijaga yang sesungguhnya bukan venue. Maka melalui pameran seni rupa kali ini, orang tidak kenal, tidak tahu, tidak mencintai berusaha hingga dapat mengenal, memahami seni rupa, dan ke depan bisa mencintai seni rupa. “Semoga menginspirasi untuk menggemakan karya seni rupa di ruang ruang lainnya.,” demikian harap Kuss Indarto.
Nasirun menambahkan, seniman rupa butuh tempat pameran yang beda seperti biasanya, seperti di kampus UIN Sunan Kalijaga ini. Dan sebelumnya juga pameran di Bandara, Pra Muktamar NU dan Muhammadiyah. Tema-tema pameran yang beda akan mencerdaskan, memperkaya imajinasi dan memberi kekuatan batin bagi seniman.
Sementara itu Butet Kartaredjasa mengapresiasi Rektor UIN Suka yang telah memberi ruang terbuka, dan nyaman untuk para seniman. Bagi Butet, ini pameran yang menyehatkan lahir dan batin. Butet yang baru sakit seperti mendapat energi dan semangat untuk sembuh. Pameran yang dibuka dengan lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an, sangat menyentuh hati. Pameran ini mengingatkan kembali kehendak leluhur kita untuk menghormati kemajemukan yang saat ini terkikis. “Mari merdeka berkarya dan berekspresi menjadi Indonesia yang sesungguhnya,”demikian ajak Butet.
Usai pembukaan pameran, sebelum seluruh tamu undangan diajak Kuss Indarto sebagai Kurator untuk bersama menikmati karya-karya yang dipamerkan, Agus Tomin mewakili para seniman menyerahkan cinderamata berupa karya lukisan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. “Demikian ini cara kami mendoakan tokoh pluralis seperti Pak Menteri Agama, kami bersyukur diajak Pak Menteri untuk turut serta mewarnai Indonesia yang majemuk ini,” kata Agus Tomim. (Tim Humas)