Rektor UIN Suka Melantik Pengurus Organisasi Mahasiswa Masa Bakti 2022
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Phil Al Makin melantik dan mengambil sumpah jabatan Pengurus Organisasi Mahasiswa,
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Phil Al Makin melantik dan mengambil sumpah jabatan Pengurus Organisasi Mahasiswa, bertempat di gedung Prof. R.H.A., Soenardjo, S.H., 26/1/2022. Wakil Rektor 3, bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Abdur Rozaki menyambut para mahasiswa yang dilantik ini "Pemimpin Muda untuk Generasi Emas Indonesia 2045." Selain Prof. Phil Al Makin dan Dr. Abdur Rozaki, Acara pelantikan kali ini dihadiri oleh para Dekan.
Dalam sambutan usai melantik, Prof. Phil Al Makin antara lain menyampaikan selamat kepada para mahasiswa yang dilantik. Disampaikan Rektor, era saat ini adalah era kolaborasi bukan era berkompetisi dalam suasana konflik. Prof. Phil Al Makin merasa bahwa semasa menjadi mahasiswa tahun 80-an – 90-an, dirinya digembleng dalam era orde baru dan reformasi yang selalu diwarnai dengan konflik. Menurutnya konflik itu menyakitkan dan membuat suasana tidak nyaman. Konflik internal organisasi atau konflik antar organisasi yang berbeda sungguh menjadi pengalaman yang pahit dan tidak perlu diulang lagi.
Oleh karena itu pihaknya mengajak para mahasiswa untuk mengubah kondisi konflik menjadi kerja-sama atau kolaboratif. Kerja-sama lebih penting ketimbang konflik untuk pertahanan hidup manusia. “Jadi siapa saja yang bisa melakukan kerja-sama akan survive dalam karir, dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam dunia global. Maka latihlah diri anda dengan sering bekerja-sama, bukan dengan konflik. “Sejak kecil pada masa era saya adalah dididik dan dilatih untuk berbicara tetapi minim sekali sikap diam untuk memahami orang lain maka jangan sampai terulang lagi hal yang serupa,” demikian tegas Rektor Al Makin.
Coba bergaul dengan Agama Katolik. Para Romo siap untuk mendengarkan para umatnya dalam ritual konversi. Para Bhante atau para Biksu di Wihara, mereka sangat sabar mendengar semua keluhan umat. Dalam filsafat daufisme disitu harus ada keseimbangan antara berbicara dan mendengar, memahami orang lain. "Kata Epictetus, seorang filsuf Romawi Kuno, Kita mempunyai satu mulut dan dua telingaartinya kita hendaknya lebih banyak memahami orang lain, ketimbang memaksakan kehendak,” imbuh Prof. Phil Al Makin.
Bisa dicontoh seorang Gus Dur, yang selalu konsisten sampai akhir hayat dalam memahami hal yang kecil, yang lemah dan yang minor. Di era Gus Dur, China mendapatkan tempat yang sedikit di masyarakat. Tetapi Gus Dur justru mengangkat supaya tradisi Imlek diangkat lagi. Begitu juga dengan Gus Dur yang kontroversi, ketika mengunjungi gereja-gereja. Namun Gus Dur melakukan itu semua sampai akhir hayat secara konsisten.
Kepada para pengurus yang dilantik Pak Rektor juga memesankan untuk dapat mendengarkan kelompok kelompok yang kecil, mengakomodasi mereka yang paling lemah, bergaul dengan kelompok lain, dengan agama lain, dan berani menyeberangi ideologi yang berbeda, agar dapat menjadi orang yang bijak.
Dijelaskan, dalam tradisi China, Korea, Jepang ada yang berkaitan dengan yang dinamakan Zen Buddhisme (duduk berdiam diri- yang dalam Islam disebut dzikir). Itu tidak mudah, tetapi jika bisa dilakukan akan dapat memperbaiki cara berpolitik kita. Agar kelak bisa menjadi pemimpin yang disegani oleh kawan maupun lawan. “Mari kita mencoba memahami orang lain, mari kita belajar dari yang terkecil dan terlemah, dan mari kita belajar untuk saling bekerja-sama dan berkolaborasi itu akan bermanfaat bagi karir anda nanti, itu akan bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat dan bangsa,” demikian ajak Rektor. (Weni/Alfan/Dimas)