DWP UIN SUKA Gelar Pengajian Ramadan, Khataman Al-Quran dan Buka Puasa Bersama

Dharma Wanita Persatuan (DWP) UIN Sunan Kalijaga menggelar pengajian khataman Al-Qur’an dan buka puasa bersama dalam rangka merayakan Bulan Ramadan 1443 H sekaligus memupuk kebersamaan antar anggota dan pengurus DWP UIN SUKA, bertempat di ruang utama laboratorium agama masjid UIN Sunan Kalijaga, 11/04/2022. Turut hadir dalam acara ini Ketua DWP UIN SUKA, Ny. Ro’fah Al Makin, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Dr. Mochamad Sodik, S.Sos, M.Si., Ketua DWP Fakultas, Jajaran pengurus DWP UIN SUKA, serta lebih dari 100 jamaah masjid UIN SUKA turut meramaikan acara ini baik secara luring dan daring.

Acara dibuka oleh Ny. Irfatul Hidayah dari DWP FISHUM dan dilanjutkan dengan tilawah sekaligus khataman yang dipandu oleh mahasiswa program studi Ilmu Hadis, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, saudara Saiful Affandi.

Di tengah agenda acara, Ketua DWP UIN SUKA, Ny. Ro’fah Al Makin menyampaikan sambutannya. Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada seluruh yang mendukung terselenggaranya acara kali ini. Baik anggota DWP UIN SUKA, pengurus masjid UIN SUKA, dan seluruh hadirin yang telah berpartisipasi atas terselenggaranya acara pengajian Ramadan, khataman Al-Quran dan buka bersama. “Acara ini dari kami DWP UIN Sunan Kalijaga untuk meramaikan Bulan Ramadan tahun ini. Kami mengadakan khataman, pengajian dan buka bersama”, jelas Ny. Ro’fah.

Lebih jauh disampaikan, DWP UIN SUKA secara rutin menyelenggarakan khataman Al Qur’an di tiap bulannya, dan pada Bulan Ramadan yang istimewa ini khataman Al-Qur’an diselenggarakan bersama-sama di Masjid UIN SUKA. “Acara yang kedua adalah kami mengadakan pengajian Ramadan yang diisi oleh Pak Dr. Mochamad Sodik selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, terima kasih Pak Dekan yang sudah berkenan meluangkan waktu diantara kesibukannya untuk kita semua”, tambahnya.

Sementara itu, pada tausiyahnya, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Dr. Mochamad Sodik, S.Sos, M.Si., mengajak seluruh hadirin untuk bersyukur atas nikmat menjalani ritual keagamaan, berdzikir, dan dimampukan untuk berikhtiar bersifat lahiriyah serta ruhaniyah. Hal-hal tersebut dapat diniatkan untuk mencari keridhaan Allah, memperoleh mahabbah dan ma’rifat-Nya. “Ketika sholat, kita dekat dengan Allah. Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan berdzikir, salah satunya subhanallah, wal hamdulillah, allahuakbar. Mengapa susunannya begitu indah dan kalimah Allah diawali dengan menyebut subhanallah dalam artian kesucian.” Pak Dekan menjelaskan makna filosofis dari hal tersebut, bermula dari kita (manusia) ketika lahir bersifat fitrah (suci). Tetapi dalam hidup manusia mendapatkan ujian dan diumpamakan oleh Al Ghazali, seperti cermin yang terkena debu. Jika debu yang menempel itu terlalu banyak, maka cermin tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik. Untuk membersihkan ‘cermin’ tersebut, maka harus dibersihkan, dan berdzikir dapat membersihkan ‘cermin’ atau jiwa supaya dapat memancar kembali. Kemudian Pak Dekan juga menyampaikan pentingnya menyeimbangkan antara perbuatan formal dengan ibadah atau spiritual.

Menanggapi perdebatan syariah, seperti perbedaan dalam jumlah rakaat tarawih, Pak Dekan menghimbau untuk menanggapi dengan santai dan melihat hal tersebut dengan sisi positif. Bukan perbedaan itu yang penting, namun bagaimana kekhusyukan ibadah yang ditujukan kepada Allah SWT. Mengakhiri tausiyahnya, Pak Dekan menyampaikan untuk berdzikir dengan hati yang tenang. Pak Dekan juga menyampaikan motivasi kepada para pemuda untuk meraih prestasi diperlukan inovasi, transendensi dan kreasi, serta memiliki amaliyah yang konsisten dilakukan, misalnya konsisten melakukan puasa sunnah hari Senin dan Kamis, dan setiap hari harus membaca Al-Qur’an sebanyak satu ruku’. (Ihza/Weni/Alfan)