UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Terima Kunjungan Benchmarking dari ISIF Cirebon: Fokus pada Pengembangan Mutu dan Inovasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menerima kunjungan Benchmarking Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam dari Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon pada Jumat (6/09/2024). Kegiatan yang bertempat di Ruang Rapat Lantai 2 Gedung Pusat Administrasi Umum (PAU) UIN Sunan Kalijaga tersebut dihadiri oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakrta, Prof. Noorhaidi, S.Ag., M.A., M.Phil., Ph.D.; Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Dr. Abdur Rozaki, S.Ag., M.Si.; Kabiro Administrasi Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama, Ir. Sunarini, M.Kom.; Sekretaris LPM, Dr. Adib Sofia, S.S., M.Hum.; Kapus Pengembangan Standar Mutu Akademik, Dr. Epha Diana Supandi, S.Si., M.Sc.; Kapus Akreditasi dan Sertifikasi, Dr. Sri Rohyanti Zulaikha, S.Ag., SS., M.Si.; serta segenap pejabat struktural dan fungsional di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Adapun delegasi benchmarking dari ISIF antara lain: K.H. Marzuki Wahid selaku Rektor, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengguna Lulusan; Wakil Rektor Bidang Kelembagaan, Profesionalitas, dan Ekosistem Pendidikan, Direktur LPM dan LP2M, Dekan Fakultas Tarbiyah, Pengelola Prodi PAI, serta Pengelola Jurnal.
Rektor ISIF dalam sambutannya menyampaikan bahwa salah satu tujuan dari benchmarking tersebut adalah untuk belajar, pendalaman kegiatan kemahasiswaan, kerjasama, penjaminan mutu internal, penelitian dan pengabdian yang bagi kampus swasta sangat berat, serta jurnal sebagai amunisi menghadapi akreditasi institusi dan akreditasi Prodi PAI dalam waktu dekat. Menurutnya, saat ini adalah momen yang tepat untuk melakukan hal tersebut, mengingat mayoritas pejabat kampus baru saja dikukuhkan. Ia berharap dengan waktu yang terbatas dapat menimba ilmu dan belajar banyak hal.
Marzuki Wahid mengungkapkan rasa nostalgia ketika bertemu dengan Prof. Noorhaidi, yang merupakan adik kelasnya saat mereka bersekolah di MAN 1 Yogyakarta dan di Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga. Mereka bahkan sempat bertemu lagi di Belanda, di mana Marzuki menginap di apartemen Prof. Noorhaidi. Ia mengakui pencapaian luar biasa Prof. Noorhaidi dan merasa sangat bahagia bisa kembali ke UIN Sunan Kalijaga, kampus yang sangat dikenalnya setelah enam tahun menempuh studi di sana. “Pertemuan ini adalah kesempatan bagi seorang alumni untuk kembali ke almamaternya. Saya adalah Ketua IKA SUKA (Ikatan Keluarga Alumni Sunan Kalijaga) Jawa Barat, sedangkan Pak Noval Maliki, Wakil Rektor Bidang Kelembagaan, adalah Ketua IKA SUKA Kab. Cirebon,” ungkapnya.
Punggawa ISIF tersebut juga menyampaikan Sejarah kelahiran kampus tersebut. Bahwasanya ISIF lahir dari LSM Fahmina Institute, lembaga pendidikan, penelitian, dan advokasi yang berfokus pada pengembangan pemikiran Islam yang inklusif, progresif, dan peduli terhadap keadilan sosial. Berbasis di Cirebon, Jawa Barat, Fahmina Institute didirikan pada tahun 2000 dan dikenal karena memperjuangkan isu-isu seperti pluralisme, hak-hak perempuan, demokrasi, dan hak asasi manusia dalam konteks Islam. Karena tuntutan legalitas, akhirnya setelah 7 tahun bertransformasi menjadi Yayasan, Kemudian pada tahun 2007 banyak aspirasi dari masyarakat untuk menjadikan perguruan tinggi, maka berdiri ISIF di tahun tersebut dan mulai beroperasi pada 2008. ISIF terdiri atas 3 Fakultas dan 6 Program Studi
Aktivis sosial tersebut juga mengungkapkan bagaimana beratnya menjadi nahkoda di sebuah Perguruan Tinggi Swasta yang masih berkembang dan harus membawanya mencapai Perguruan Tinggi terkemuka sekelas UGM, ITB, UIN, dan perguruan tinggi terkemuka lainnya di Indonesia. Ia mengungkapkan rasa terima kasih atas penghormatan dan penerimaan dari UIN Sunan Kalijaga,
Dalam sambutannya, Prof. Noorhaidi menyatakan bahwa meskipun ISIF sebagai perguruan tinggi belum begitu dikenal luas, namun nama "Fahmina Institute" sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) memiliki reputasi yang sangat besar. Fahmina Institute terkenal karena advokasinya yang kuat terhadap isu-isu gender dan sosial, yang membuatnya dikenal baik oleh berbagai lembaga internasional. Marzuki Wahid, yang terkenal dengan karyanya "Fikih Madzhab Indonesia", serta Dr. Faqihuddin Abdul Kodir, penggagas dan pengembang Fikih Mubadalah, adalah contoh nyata dari kontribusi signifikan Fahmina Institute dalam pembaharuan pemikiran Islam.
Menurut Prof. Noorhaidi, kekuatan yang dimiliki oleh ISIF merupakan modal besar yang sangat dihargai oleh UIN Sunan Kalijaga. Ia mengusulkan bahwa program studi yang kurang berkembang, seperti Prodi Filsafat Islam, dapat direvitalisasi atau didefinisikan ulang, misalnya dengan mengubahnya menjadi Prodi Kajian Islam dan Gender. Dengan respon yang sesuai dengan perkembangan terkini, program studi tersebut bisa memiliki distingsi yang unik. Selain itu, Prof. Noorhaidi menambahkan bahwa lembaga seperti ISIF akan lebih lincah dalam menjalankan kemitraan internasional jika memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada.
Sosok yang pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum tersebut juga menggarisbawahi pentingnya melakukan inovasi, termasuk oleh Perguruan Tinggi yang sudah mapan sekalipun. Hal ini karena semua lini mengalami perubahan dan membutuhkan ilmu baru menghadapi dunia dan tantangan baru. Menurutnya, terkait akreditasi bukan hal yang sulit ketika syarat-syarat minimumnya terpenuhi dan terus berusaha mengembangkan strategi. Jika sudah kuat dan mapan bisa melompat menuju akreditasi unggul bahkan internasional.
Begitu juga dengan UIN Sunan Kalijaga yang tidak boleh berhenti berinovasi supaya dapat berkembang menjadi kampus destinasi utama. UIN dengan domisili di Yogyakarta ini kini memiliki 4 Jurnal Scopus beserta 46 jurnal terakreditasi. Menjadi Tugas beliau mengembangkan lebih jauh ke arah internasionalisasi, pengembangan sains dan teknologi, Fakultas Kesehatan, Keperawatan, dan sejenisnya. Sementara pengembangan bidang keagamaan difokuskan untuk jenjang magister dan doktor. “Kami sangat senang jika ada hal-hal yang bisa Kami bantu. Kami juga membutuhkan insight, kekuatan ISIF untuk melengkapi kekuatan UIN Sunan Kalijaga” pungkasnya.
Sebelum beranjak pada sharing dan diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan penandatangan MoU oleh Rektor kedua institusi serta penyerahan cindramata dan foto bersama.
Dr. Adib Sofia, perwakilan dari LP2M, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 11 kampus yang berpartisipasi dalam program KKN Kolaborasi dengan UIN Sunan Kalijaga. Kampus mitra hanya perlu melaporkan keikutsertaannya, dan LP2M akan bertanggung jawab untuk mencari lokasi dan mengatur segala kebutuhan terkait. Kementerian Agama (Kemenag) telah mengetahui dan mendukung pelaksanaan KKN Kolaborasi yang sudah lama dijalankan oleh UIN Sunan Kalijaga, serta meminta agar inisiatif positif ini diteruskan. Dr. Adib juga melaporkan perkembangan Pusat Layanan Difabel (PLD) yang kini memiliki lebih dari 400 relawan untuk mendukung 137 mahasiswa difabel. Relawan ini berasal tidak hanya dari mahasiswa internal, tetapi juga dari kampus eksternal. Mereka mendapatkan sertifikat, pelatihan bahasa isyarat, dapat dikonversi sebagai KKN Konversi, serta pengakuan atas kontribusi mereka, seperti menjadi interpreter di berbagai acara..
Sekretaris LP2M UIN Sunan Kalijaga tersebut juga mengapresiasi terhadap sikap dan kebijakan pimpinan yang ramah difabel. Setiap Gedung difasilitasi dengan akses difabel, menyediakan interpreter khutbah jumat dan kegiatan lainnya. Sisi lain dari UIN Sunan Kalijaga yang mendapat perhatian dari asesor adalah memiliki sistem Litapdimas sendiri yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Akademik (SIA).
Sementara Dr Epha Diana, kapus pengembangan standar mutu akademik LPM menyampaikan bahwa sudah sejak lama mengembangkan standar mutu internal, yakni sejak tahun 2006 ketika namanya masih Unit Penjaminan Mutu. Pada tahun 2012 bertransformasi menjadi Lembaga Penjaminan Mutu seiring dengan perubahan statuta. Bahwasanya UIN Sunan Kalijaga saat ini memiliki Prodi 73 prodi. Pengendali Standar Mutu Fakultas (PSMF) dan Pengendali Standar Mutu Prodi (PSMP) adalah kepanjangan tangan LPM yang bertugas menjaga gawang mutu masing-masing lini. Sementara LPM sendiri langsung bertanggung jawab memastikan penjaminan mutu sudah dilaksanakan di tataran universitas. LPM dituntut proaktif dengan kebijakan baru, penetapan standar, penjaminan mutu dan harus segera menyesuaikan. LPM memiliki 29 standar mutu berdasarkan kriteria SN DIkti, instrumen BAN-PT, maupun lembaga akreditasi Internasional dan selalu direview. Adapun dalam proses pelaksanaannya, semua civitas harus melaksanakan standar mutu secara online melalui dashboard.
Sementara Kapus Akreditasi dan Sertifikasi, Dr. Sri Rohyanti Zulaikha mengungkapkan 70% Prodi di UIN Sunan Kalijaga sudah mengantongi akreditasi “Unggul”, 18 terakreditasi internasional FIBAA, 4 Prodi (Kimia, Fisika, Biologi, Matematika) mendaftar Akreditasi Internasional ASIIN, 13 Prodi proses penulisan SER untuk mendaftar Akreditasi Internasional AQUIN, dan 2 Prodi proses banding akreditasi dari predikat baik sekali menuju unggul.
Sementara Wakil Rektor Bidang III, Dr. Abdur Rozaki mengungkapkan banyak belajar dari kesungguhan LP2M, Bagaimana melaksanakan mandatori KKN yang masif, sulitnya mencari lokasi, berinovasi. Bahkan mampu bekerjasama dengan Astra untuk kebun wisata di Bondosari, menghadapi pemeriksaan, membuat laporan, dan lain sebagainya. Dari LP2M belajar kesetiaan dalam menjalankan tugas, ketekunan, dan tidak egois. Begitu juga melalui LPM bagaimana anggaran yang disusun dapat menjawab rumusan akreditasi.
Benchmarking tersebut diwarnai dengan sharing dan tanya jawab antara dua belah pihak. Pertanyaan yang dilemparkan ISIF adalah seputar pengelolaan jurnal agar dapat rutin terbit dan tepat waktu, seputar difabel, penentuan mata kuliah wajib dan pilihan, prosedur KKN Kolaboratif, serta potensi dosen yg harus digali utk mengenbangkan kepenulisan
Dr. Adib memberikan tanggapan bahwa salah satu usaha supaya jurnal terbit rutin tepat waktu dapat dipromosikan melalui media sosial, berkolaborasi dengan asosiasi, atau pengemasan ulang dari tesis dan skripsi yang baik. Adapun terkait difabel, semua jenis difabel bisa menjadi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dengan mendaftar melalui jalur khusus. UIN Sunan Kalijaga telah menyusun kurikulum sensitif difabel sejak tahun 2007. Misalnya terdapat RPS difabel, hanya menempati kuliah lantai I untuk perkuliahan mahasiswa tunadaksa, tidak mengajar dengan menyebut kata “ini” dan “itu” jika di kelas tersebut terdapat mahasiswa tunanetra.
Adapun untuk mensupport potensi dosen dalam menulis, LP2M rutin menyelenggarakan AWC (Academic Writing Clinic), baik untuk Lektor, Asisten Ahli. proses Guru Besar, bahkan tendik yang dilaksanakan secara rutin. (Tim Humas)