Rektor Membumikan Humanitarian Islam dalam Maulid Akbar
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi Hasan, menyampaikan bahwa momentum peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah saat yang patut disyukuri. Beliau menekankan pentingnya meneladani Nabi Muhammad sebagai penuntun umat Islam, yang telah membawa umat manusia kepada jalan Islam—jalan kedamaian dan keselamatan, sebagaimana diwahyukan oleh Allah SWT. Menurutnya, melalui ajaran Rasulullah, umat Islam memperoleh pedoman untuk menjalani kehidupan yang penuh makna, baik di dunia maupun di akhirat. Beliau juga menegaskan bahwa misi utama Nabi Muhammad adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia, sebagaimana dinyatakan dalam hadits, "Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak".
Hal ini disampaikan dalam Maulid Akbar dengan mengusung tema “Meneladani Akhlaknya, Mengharap Syafaatnya” serta Doa Bersama Mensyukuri Kelahiran ke-73 UIN Sunan Kalijaga pada Sabtu Malam, (21/09/2024) di Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Lebih lanjut Akademika Lulusan Utrech University tersebut mengungkapkan bahwa akhlak merupakan etika moral yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, menghargai harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang secara fitrah merdeka, bebas dari perbudakan, penindasan, dan penyiksaan, serta mampu berpikir kreatif. Beliau juga menekankan bahwa itulah misi utama Nabi Muhammad SAW. Lebih lanjut, Prof. Noorhaidi menyinggung Humanitarian Islam atau Islam Berkemanusiaan yang dipromosikan oleh para tokoh agama sebagai upaya mengingatkan kembali nilai-nilai dasar ajaran Islam. Menurutnya, upaya ini perlu didukung oleh semua pihak. Malam tersebut diharapkan dapat melahirkan gagasan, konsep, aksi, dan gerakan untuk memasarkan dan memasyarakatkan Humanitarian Islam, sebuah ajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan dengan ajaran Islam.
Lebih lanjut Prof. Noorhaidi mengungkapkan bahwa indikator utama syari’ah dapat dilihat melalui misi utamanya yang mencakup perlindungan pada beberapa aspek penting kehidupan. Pertama, melindungi nyawa (hifdun nafsi), menjaga harkat dan martabat manusia menjadi kewajiban utama yang harus diprioritaskan. Kedua, perlindungan keturunan (hifdun nasbi), yang mencakup perlindungan bagi ibu hamil, balita, dan bayi. Ketiga, menjaga akal (hifdul aqli), yang berarti sebuah upaya untuk mensejahterakan dan memaksimalkan potensi akal, termasuk melalui pembangunan lembaga pendidikan berkualitas, laboratorium riset, dan fasilitas yang mendukung kegiatan penelitian bermutu. Keempat, menjaga harta (hifdzul mal), dengan memastikan bahwa sumber daya alam dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia dan seluruh makhluk-Nya. Terakhir, menjaga agama (hifdu diin), yang menekankan perlindungan terhadap kebebasan beragama, karena kecenderungan manusia untuk memeluk agama adalah fitrah yang tidak dapat dipaksakan.
Di hadapan hadirin yang memadati Masjid UIN Sunan Kalijaga Prof. Noorhaidi menambahkan bahwa ada indikator yang digunakan oleh masyarakat dunia untuk menilai Indeks Pembangunan Manusia / Human Development Index yang mencerminkan seberapa sejahtera kehidupan manusia dan seberapa besar penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Di antara negara-negara yang memiliki peringkat tinggi adalah negara-negara Skandinavia, Selandia Baru, dan Eropa Barat. Uni Emirat Arab, sebagai negara Islam, menempati peringkat 33, sementara beberapa negara lain berada dalam daftar 50 besar. Di sisi lain, Indonesia masih berada di peringkat 112, yang menjadi PR bersama untuk memastikan nilai-nilai kemanusiaan terus dijunjung tinggi. Yasser Auda, seorang cendekiawan asal Mesir, menegaskan bahwa untuk melihat negara mana yang paling berkomitmen terhadap nilai-nilai syari’ah tidak dapat dilihat dari label negaranya.
“Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin meningkat pula kesejahteraan masyarakat, yang pada gilirannya menciptakan keadilan, kemakmuran, dan ketaatan pada hukum. Contoh, di Belanda, penjara telah dijual karena jumlah pelanggar hukum yang semakin menurun. Semoga kita diingatkan kembali pada prinsip-prinsip etika dan moralitas dasar yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada panitia, direktur, dan semua pihak yang mendukung pelaksanaan kegiatan ini. Khususnya kepada Gus Kafa dari Ponddok Pesantren Lirboyo yang telah bersedia memenuhi undangan panitia” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia, Muhammad Alfian Romadhoni, menjelaskan bahwa tema yang diangkat secara filosofis berbicara tentang etika, sebagaimana diulas oleh Aristoteles sebagai hukum kesusilaan. Etika merupakan tujuan tertinggi bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan. Dengan mengangkat tema ini, diharapkan sivitas akademik UIN Sunan Kalijaga dapat lebih memperhatikan dan menempatkan etika pada posisi yang tinggi. Meskipun etika lebih tinggi daripada ilmu, keduanya saling berkaitan.
Adapun Direktur Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga, Dr. Moh. Kanif Anwari, M.Ag., menyatakan bahwa religiositas dan spiritualitas tercermin dalam simbol monumental, yaitu masjid. Ia berharap bahwa dengan momentum ini, cita-cita baik yang dipelopori oleh Rektor dapat diridhai oleh Allah SWT dan terwujud serta menjadikan masjid atau Laboratorium Agama sebagai pusat kegiatan spiritual di lingkungan UIN Sunan Kalijaga
Lebih lanjut Dosen Fakultas Adab dan Ilmu Budaya tersebut menyebutkan bahwa ada 4 mutiara yang harus disiapkan untuk mencapai hidup bahagia, antara lain: akal, agama, rasa malu, dan amal saleh. Dengan memeperingati Maulid Nabi sekaligus memperingati Maulid ke-73 UIN Sunan Kalijaga , Ia berharap Allah meridhai serta para pimpinan yang baru saja mengemban amanat dapat diberi kekuatan dan kesempatan untuk menjadikan UIN Sunan Kalijaga lebih baik. Peringatan Maulid Nabi SAW hendaknya menjadi penyangga bagi keimanan, menjaga agar tetap kuat dan utuh dalam menghadapi liku-liku kehidupan.
Sebelum Gus Kafa menyampaikan tausiyah, diumumkan pemenag kompetisi Video Dakwah yang diselenggarakan oleh Lab. Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga. Muhammad Ainul Yaqin dan Rosam Amelia berhasil menyabel Juara 1 sekaligus juara favorit dengan like dan komen terbanyak. Sementara Juara II diraih oleh Hanifatul Munawarah dan Mahendra Maulana, sedangkan Juara III disandang oleh Ana Rihlatun Hasanah. (tim humas)