Di balik raut bahagia seorang pria paruh baya bernama Kawit
Wintolo, tersembunyi cerita panjang tentang pengabdian sunyi. Bertempat di
Ruang Rapat PAU Lt. 3 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kawit mengikuti pelantikan
secara hybrid melalui Zoom meeting. Senin (26/5/2025) ia resmi dilantik sebagai
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Tahap I Kementerian Agama
Republik Indonesia Tahun Anggaran 2024.
Kawit resmi menyandang status sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN),
setelah 30 tahun pengabdiannya di UIN Sunan Kalijaga, tepatnya tahun 1995 ia
mulai mengabdi sebagai petugas kebersihan TK di kampus ini. Ia menjadi
satu-satunya dari UIN Sunan Kalijaga pada PPPK Tahap I, formasi Operator
Layanan Operasional di UPT Pusat Pengembangan Bisnis, berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Agama Nomor 40.6 Tahun 2025.
Wajah Kawit berpendar haru. Ia nyaris tak percaya pengabdiannya
yang selama ini dijalani dalam diam dan kesederhanaan akhirnya dihargai negara.
Di sampingnya, sang istri, Murdiningsih menyeka air mata. "Dulu, waktu
pertama kerja, gaji saya cuma sepuluh ribu rupiah. Tapi kami tetap jalani
dengan ikhlas," kenangnya pelan. Senyumnya merekah, namun mata menyimpan
perasaan bercampur: bahagia dan getir.
Pelantikan ini dilakukan secara serentak oleh Menteri Agama RI,
Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, Sementara itu, bertindak sebagai saksi,
Inspektur Jenderal Kementerian Agama, Khairunas, M.H., dan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam, Prof. Suyitno.
Menteri Nasaruddin menekankan bahwa Kementerian Agama memiliki
posisi yang unik di masyarakat. "Ekspektasi masyarakat terhadap ASN
Kemenag sangat tinggi. Kita ini dibayangkan seperti malaikat. Karena latar
belakang kita adalah putih yang pesan
universal semua agama. Kita diminta menjadi panutan 24 jam, bukan hanya dalam bekerja, tapi juga menjadi telada di
masyarakat," tegasnya.
Beliau juga menyoroti pentingnya spiritualitas dalam pelayanan publik.
"Tanggung jawab ASN bukan sekadar pekerjaan formal, tapi bagaimana
mendekatkan masyarakat kepada ajaran agamanya.” ujarnya.
Adapun Surat Keputusan (SK) pengangkatan Kawit Wintolo sebagai PPPK
ditandatangani langsung oleh Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Ali Sodiq. SK tersebut diserahkan secara
langsung pula kepada Kawit dalam sebuah prosesi yang didampingi oleh tim
kepegawaian. Momen penyerahan ini bukan sekadar seremonial, tetapi sarat makna,
penghargaan nyata atas tiga dekade pengabdian Kawit sebagai tenaga honorer
tanpa status formal.
SK PPPK yang berlaku selama lima tahun, terhitung mulai 1 Maret
2025 hingga 28 Februari 2030, menjadi tonggak penting dalam perjalanan
kariernya. Namun karena faktor usia, masa aktif Kawit sebagai ASN diperkirakan
hanya sekitar dua tahun sebelum ia memasuki masa pensiun. "Cuma dua tahun,
tapi itu cukup untuk saya merasa dihargai. Saya tidak pernah mengira akan pakai
seragam ASN," ucap Kawit dengan mata berkaca-kaca. Sementara istrinya yang
dari tadi setia mendampingi tak kuasa menahan haru, berharap Kawit diberi
kesehatan untuk menjalani masa kerja barunya. "Semoga berkah, meskipun
hanya sebentar," kata Murdiningsih lirih.
Sementara itu, Kepala Biro Sumber Daya Manusia Kementerian Agama,
Dr. H. Wawan Djunaedi, M.A., menyampaikan bahwa pengangkatan PPPK adalah
langkah strategis menyelesaikan status kepegawaian non-ASN. Adapun, Kepala BKN,
Prof. Zudan Arif Fakrulloh, dalam sambutannya menekankan pada personal branding
dan institutional branding.Beliau juga mengingatkan seluruh ASN untuk menjaga
Panca Prasetya Korpri, menjadi abdi negara yang penuh toleransi dan kasih.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri PANRB, Komjen Pol. (Purn)
Purwadi Arianto, menegaskan bahwa pengangkatan PPPK bukanlah akhir, melainkan
awal tanggung jawab. "Jadilah ASN yang adaptif, responsif, dan menjunjung
tinggi etika serta integritas. Pelayanan yang tulus dan cepat adalah kunci. ASN
harus jadi wajah baru birokrasi: bukan hanya kerja keras, tapi kerja dengan
hati nurani," pesannya.
Kisah Kawit Wintolo bukan sekadar cerita pelantikan. Ini adalah
kisah tentang harapan, kesabaran, dan pengabdian yang tak pernah menuntut
balasan, namun akhirnya menuai pengakuan. Dalam senyumnya yang sederhana,
terlukis makna bahwa tak ada pengabdian yang sia-sia. Semoga dua tahun ke depan
menjadi masa yang manis, bermakna, dan diberkahi, untuk seorang ASN baru, yang
telah menanti selama tiga dekade. (humassk)