WhatsApp Image 2025-05-26 at 16.17.50.jpeg

Senin, 26 Mei 2025 05:34:00 WIB

0

Dikukuhkan sebagai ASN Pasca Tiga Dekade Mengabdi: Kawit dan Makna Sebuah Pengakuan

Di balik raut bahagia seorang pria paruh baya bernama Kawit Wintolo, tersembunyi cerita panjang tentang pengabdian sunyi. Bertempat di Ruang Rapat PAU Lt. 3 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kawit mengikuti pelantikan secara hybrid melalui Zoom meeting. Senin (26/5/2025) ia resmi dilantik sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Tahap I Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun Anggaran 2024.

Kawit resmi menyandang status sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), setelah 30 tahun pengabdiannya di UIN Sunan Kalijaga, tepatnya tahun 1995 ia mulai mengabdi sebagai petugas kebersihan TK di kampus ini. Ia menjadi satu-satunya dari UIN Sunan Kalijaga pada PPPK Tahap I, formasi Operator Layanan Operasional di UPT Pusat Pengembangan Bisnis, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 40.6 Tahun 2025.

Wajah Kawit berpendar haru. Ia nyaris tak percaya pengabdiannya yang selama ini dijalani dalam diam dan kesederhanaan akhirnya dihargai negara. Di sampingnya, sang istri, Murdiningsih menyeka air mata. "Dulu, waktu pertama kerja, gaji saya cuma sepuluh ribu rupiah. Tapi kami tetap jalani dengan ikhlas," kenangnya pelan. Senyumnya merekah, namun mata menyimpan perasaan bercampur: bahagia dan getir.

Pelantikan ini dilakukan secara serentak oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, Sementara itu, bertindak sebagai saksi, Inspektur Jenderal Kementerian Agama, Khairunas, M.H., dan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Suyitno.

Menteri Nasaruddin menekankan bahwa Kementerian Agama memiliki posisi yang unik di masyarakat. "Ekspektasi masyarakat terhadap ASN Kemenag sangat tinggi. Kita ini dibayangkan seperti malaikat. Karena latar belakang kita adalah putih yang  pesan universal semua agama. Kita diminta menjadi panutan 24 jam, bukan hanya  dalam bekerja, tapi juga menjadi telada di masyarakat," tegasnya.

Beliau juga menyoroti pentingnya spiritualitas dalam pelayanan publik. "Tanggung jawab ASN bukan sekadar pekerjaan formal, tapi bagaimana mendekatkan masyarakat kepada ajaran agamanya.” ujarnya.

Adapun Surat Keputusan (SK) pengangkatan Kawit Wintolo sebagai PPPK ditandatangani langsung oleh Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Ali Sodiq. SK tersebut diserahkan secara langsung pula kepada Kawit dalam sebuah prosesi yang didampingi oleh tim kepegawaian. Momen penyerahan ini bukan sekadar seremonial, tetapi sarat makna, penghargaan nyata atas tiga dekade pengabdian Kawit sebagai tenaga honorer tanpa status formal.

SK PPPK yang berlaku selama lima tahun, terhitung mulai 1 Maret 2025 hingga 28 Februari 2030, menjadi tonggak penting dalam perjalanan kariernya. Namun karena faktor usia, masa aktif Kawit sebagai ASN diperkirakan hanya sekitar dua tahun sebelum ia memasuki masa pensiun. "Cuma dua tahun, tapi itu cukup untuk saya merasa dihargai. Saya tidak pernah mengira akan pakai seragam ASN," ucap Kawit dengan mata berkaca-kaca. Sementara istrinya yang dari tadi setia mendampingi tak kuasa menahan haru, berharap Kawit diberi kesehatan untuk menjalani masa kerja barunya. "Semoga berkah, meskipun hanya sebentar," kata Murdiningsih lirih.

Sementara itu, Kepala Biro Sumber Daya Manusia Kementerian Agama, Dr. H. Wawan Djunaedi, M.A., menyampaikan bahwa pengangkatan PPPK adalah langkah strategis menyelesaikan status kepegawaian non-ASN. Adapun, Kepala BKN, Prof. Zudan Arif Fakrulloh, dalam sambutannya menekankan pada personal branding dan institutional branding.Beliau juga mengingatkan seluruh ASN untuk menjaga Panca Prasetya Korpri, menjadi abdi negara yang penuh toleransi dan kasih.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri PANRB, Komjen Pol. (Purn) Purwadi Arianto, menegaskan bahwa pengangkatan PPPK bukanlah akhir, melainkan awal tanggung jawab. "Jadilah ASN yang adaptif, responsif, dan menjunjung tinggi etika serta integritas. Pelayanan yang tulus dan cepat adalah kunci. ASN harus jadi wajah baru birokrasi: bukan hanya kerja keras, tapi kerja dengan hati nurani," pesannya.

Kisah Kawit Wintolo bukan sekadar cerita pelantikan. Ini adalah kisah tentang harapan, kesabaran, dan pengabdian yang tak pernah menuntut balasan, namun akhirnya menuai pengakuan. Dalam senyumnya yang sederhana, terlukis makna bahwa tak ada pengabdian yang sia-sia. Semoga dua tahun ke depan menjadi masa yang manis, bermakna, dan diberkahi, untuk seorang ASN baru, yang telah menanti selama tiga dekade. (humassk)