Di tengah gegap gempita Grand Final Kalijaga Changemaker 2025, sebuah nama hadir dan meninggalkan jejak mendalam di hati banyak orang. Ia adalah Sofia Nurul Husna, mahasiswa Program Studi Manajemen Pengembangan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, yang berhasil meraih Juara 1 di ajang tersebut. Namun, yang sesungguhnya membuatnya berkilau bukan sekadar gelar juara, melainkan getaran nurani yang ia bawa ke panggung, suara yang kerap terabaikan, suara para lansia.
Melalui gagasan bertajuk SunSHINE
(Senior’s Hope in Nurturing Empowerment), Sofia ingin menghadirkan ruang
peduli bagi orang-orang yang sering kali terpinggirkan setelah melewati usia
produktif. Dalam presentasinya yang ringkas namun menggugah, ia melontarkan
pertanyaan sederhana namun menghunjam, “Kita semua akan menua. Tapi siapa
yang benar-benar peduli?” Pertanyaan itu menjadi pengingat bahwa di balik
angka usia, ada martabat dan manusia yang sepatutnya dihargai.
SunSHINE dibangun dengan berbagai
program unggulan yang dirancang untuk menyapa hati para lansia. Memory Card,
misalnya, bukan sekadar permainan sederhana, melainkan ruang bagi para lansia
untuk berkisah, merajut ingatan, dan merayakan kembali kenangan hidup. Sofia menuturkan pengalaman yang
membekas ketika ia berkunjung ke sebuah pondok lansia di Malaysia. Seorang
nenek menangis haru saat memainkan kartu tersebut karena untuk pertama kalinya
ada yang mendengarkan kisah hidupnya tentang sang suami yang telah lama tiada.
Dari situlah Sofia semakin yakin, yang dibutuhkan lansia bukan hanya bantuan
materi, melainkan perhatian tulus dan ruang untuk dikenang.
Selain
Memory Card, hadir pula Tamasia, yakni tawa bersama lansia, sebuah
kegiatan sederhana yang membangkitkan semangat hidup dengan menghadirkan tawa
sebagai kebutuhan dasar. Di ranah digital, Sofia mengembangkan E-Campaign
untuk menyuarakan pikiran dan kisah para lansia melalui video dan konten media
sosial agar suara mereka menjangkau tempat yang lebih luas. Di samping itu,
lahir pula Karya Lestari, sebuah wadah untuk mendokumentasikan kisah hidup para
lansia dalam bentuk buku, film dokumenter, dan jurnal ilmiah agar dapat
diwariskan lintas generasi.
Program
ini memiliki peta jalan yang terencana untuk jangka panjang. Pada tahap awal,
fokus utama membangun eksistensi SunSHINE, dilanjutkan dengan kolaborasi dengan
berbagai mitra, baik di dalam maupun luar negeri, seperti Yayasan Al Jenderami
di Malaysia, Lingnan University Hong Kong, serta Universitas Gadjah
Mada.
Setelah
pijakan itu kokoh, langkah berikutnya adalah melahirkan sosok Duta Peduli
Lansia sebagai figur inspiratif yang mampu menggerakkan kepedulian masyarakat. Selanjutnya,
SunSHINE menargetkan lahirnya representasi kota ramah lansia, dengan Yogyakarta
sebagai model percontohan. Pada fase berikutnya, perjuangan ini diarahkan untuk
menembus ranah kebijakan nasional, agar isu lansia memperoleh ruang yang
semestinya dalam agenda pembangunan bangsa.
Sofia menuturkan, saat ini jumlah
lansia di Indonesia mencapai sekitar 12 persen dari total populasi, pada tahun
20245 diproyeksikan meningkat hingga 20 persen. Artinya, satu dari lima
penduduk Indonesia adalah lansia. Kehadiran SunSHINE menjadi bagian dari upaya
nyata untuk mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs),
khususnya dalam menghapus stigma dan diskriminasi, meningkatkan kesehatan fisik
dan mental, serta membangun komunitas yang ramah lansia di tingkat nasional
maupun internasional. SunSHINE mampu menjembatani kesenjangan antar generasi,
mengubah paradigma tentang lansia, sekaligus menunjukkan bahwa gerakan
mahasiswa bisa berkontribusi nyata bagi agenda pembangunan global.
Karena itu, SunSHINE hadir bukan
semata gerakan sosial, melainkan juga ikhtiar akademik yang berkelanjutan. Terintegrasi dalam kurikulum Prodi
Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Kalijaga, ia akan terus disemaikan kepada ratusan mahasiswa dari waktu ke
waktu. Harapannya, gagasan ini tumbuh menjadi benih kepedulian yang tak pernah
padam, melahirkan ribuan senyum lansia yang senantiasa merekah, menyinari senja
mereka dengan cahaya kasih yang hangat
Dengan tagline “Together We Learn, Together We Empower”, Sofia mengajak masyarakat untuk mengubah paradigma bahwa lansia bukan beban sosial, melainkan aset berharga yang menyimpan kebijaksanaan dan nilai-nilai luhur peradaban. Baginya, keluhuran sebuah bangsa diukur dari bagaimana ia memperlakukan orang tua. Dari panggung Kalijaga Changemaker 2025, secercah cahaya bernama SunSHINE mulai menyinari jalan panjang menuju masa tua yang lebih manusiawi. SunSHINE bukan hanya milik Sofia, melainkan gerakan kita semua yang berani peduli dan bertindak. (humassk)