Reorientasi Dakwah Inklusif dan Humanis
Prof. Yasuyuki Kono, Ph.D menyampaikan materi pada International Dakwah Conference
Awal abad ke-21 ditandai adanya transformasi sosial yang luar biasa dalam berbagai aspek seperti budaya, politik, ekonomi, teknologi informasi dan termasuk agama. Semua perkembangan ini telah mempengaruhi bagaimana orang-orang beragama, termasuk umat Muslim di seluruh dunia dalam memandang agama mereka yang inklusif dan humanis pada dekade terakhir ini.
Untuk menanggulangi problema tersebut Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan International Dakwah Conference (IDACON) yang bertemakan “Da’wah in 21st Century: Bridging Diversity, Enriching Humanity” di gedung Prof. RHA. Soenarjo, S.H. UIN Sunan Kalijaga, Rabu (04/10).
Kegiatan IDACON ini memperoleh antusiasme peserta, baik dari dalam dan luar negeri. Pada IDACON menghadirkan pembicara dari Jepang yaitu Prof. Yasuyuki Kono, Ph.D. dan Prof. Okamoto Masaki, Ph.D., keduanya dari Center for Southeast Asean Studies (CSEAS) Kyoto University, Jepang, Juga dihadiri Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Siti Musdah Mulia dan Mr. Sawyer Martin French dari George Washington University, USA.
Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Siti Musdah Mulia mengatakan inti dakwah adalah mengubah kualitas hidup manusia menjadi insan yang lebih positif, konstruktif dan produktif. Al-Quran dengan jelas menyatakan bahwa ada tiga prinsip dalam metode dakwah yakni dengan hikmah, maw’izhati`l-hasanah, dan mujadalah bi`l-latî hiya ahsan.
“Ketidakadilan merupakan musuh bersama semua pemeluk agama, karena mengakibatkan kesenjangan masyarakat yang pada gilirannya menimbulkan diskriminasi, dominasi, eksploitasi dan berbagai bentuk kekerasan dan kekejaman. Itulah sebabnya, dakwah di semua agama harus ditujukan untuk menghilangkan musuh bersama dengan menghayati nilai-nilai moral yang sudah ada di masing-masing dan setiap orang sebagai berkah dari Tuhan”, tutur Mulia.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Dr.Phil Sahiron, M.A dalam sambutannya, mewakili Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengatakan bahwa Rasulullah sejak awal membangun Negara Madinah adalah berlandaskan toleransi dan kerjasama antar berbagai macam etnis dan keagamaan demi menjunjung persatuan dan penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan untuk semua.
Direktur CSEAS, Prof Yasuyuki Kono, P.hD menekankan pada dakwah yang inklusif yang menghargai sesama manusia, tidak menggurui tetapi memberi contoh keteladanan. Dakwah juga seyogyanya diarahkan pada penghargaan atas kelestarian alam demi hak-hak dasar manusia atas hidup yang sehat, berkualitas, dan jauh dari ancaman dan kekerasan. Kekerasan yang ada perlu dipahami dari komplkesitas masalah baik dari sisi politik, sosial, budaya dan tidak hanya dari segi keagamaan.
Dr. Abdur Rozaki, Ketua Panitia Idacon menjelaskan konfrensi ini sebagai bentuk keprihatinan atas munculnya fenomena sosial yang menjadikan perbedaan sebagai pemicu kebencian dan konflik identitas lainnya. FDK UIN Sunan Kalijaga ingin mendorong pendekatan dakwah yang inklusif dan humanis yang dapat menjembatani perbedaan dan keaneragamaan untuk memperkaya nilai hak asasi manusia.
Sementara itu Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Dr. Hj. Nurjannah, M.Si mengharapkan dari konferensi ini muncul kebangkitan dakwah yang santun untuk memperkuat hubungan kemanusiaan yang lebih adil demi pembangunan perdamaian. Dengan perdamaian, tantangan kemanusiaan seperti kemiskinan, krisis ekologis, ekstremisme dan kekerasan kelompok dapat dipecahkan bersama dan dakwah menjembatani keragaman dan memperkaya terbentuknya nilai-nilai kemanusiaan.
Konferensi ini diawali dengan penandatangan MoU antara Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan kalijaga dengan CSEAS Universitas Kyoto Jepang terkait dengan kolaborasi akademik di bidang penelitian, sistem pembelajaran dan pengembangan masyarakat. Nota kerja sama diteken oleh Direktur CSEAS, Prof Yasuyuki Kono, P.hD dan sekaligus memberi keynote speaker dalam acara IDACON.
Konferensi internasional ini dilanjutkan dengan diskusi panel yang menghadirkan 50 pembicara secara keseluruhan, dengan materi pokok seperti dakwah, politics and public affairs; dakwah, poverty and ecological crisis; dakwah, multiculturalism and peacebuilding; dakwah, new media, and cyber religion; dakwah and social movement; and dakwah, children and gender issues. (Khabib/humas UIN Sunan Kalijaga)