Prof. Euis Pacu Mahasiswa Baru Fakultas Syari’ah Sukses Meniti Karir

Guru Besar Ilmu Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Euis Nurlaelawati, M.A., mengisahkan perjalanan hidupnya menuju puncak Guru Besar. Disampaikan, Prof. Euis lahir di Cidoro, Kec. Pangkalan, Kab. Karawang. Beliau memulai pendidikan dasar dengan meraih dua ijazah dari dua sekolah, seraya mondok di Nadhamiyyah, mengisi hari-harinya dengan shalawat, berjanji, dan nyanyian kosa kata Arab. Pendidikan berlanjut ke Madrasah Tsanawiyah dan pesantren di Bogor, di mana beliau menempuh studi di dua lembaga: satu di Madrasah Tsanawiyah di pesantren, satu lagi di luar pesantren, dengan jadwal pagi dan sore yang bersamaan.

Melanjutkan perjalanan ke Madrasah Aliyah dan juga pesantren semi modern: membaca kitab kuning, serta mewajibkan penggunaan Bahasa Arab dan Inggris dalam kegiatan sehari-hari. Di Jenjang tersebut beliau dikenal dengan “Ratu Lomba” berkat partisipasinya dalam berbagai kompetisi, Prof. Euis meraih juara kedua dalam Musabaqah Qiroatul Kutub tingkat nasional, dengan juara pertama diraih oleh Inayah Rohmaniyah, kini Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga. Kemampuan bahasa tersebut menjadi modal pentingnya dalam memasuki perguruan tinggi. Meskipun pernah gagal dalam SIPENMARU UI dan UGM, akhirnya beliau memilih untuk mendaftar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari’ah, Program Studi Perbandingan Madzhab, salah satu Prodi yang populer saat itu selain Filsafat.

Hal tersebut disampaikan Prof. Euis pada acara Studium General Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga yang diikuti tidak kurang dari 500 orang Mahasiswa Baru fakultas ini, bertempat di Gedung Prof. R.H.A Soenarjo , S.H., 10/9/2024. Hadir pada acara akademik kali ini antara lain: Wakil Rektor I, Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Prof. Dr. Iswandi Syahputra, S.Ag., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Syariah dan Hukum. Dr. Syamsul Hadi, S.Ag., M.Ag., Wakil Dekan II, Prof. Dr. Riyanta, M.Hum., Wakil Dekan III. Dr. Sri Wahyuni, M.Ag., M.Hum., serta segenap Mahasiswa Baru Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang hadir dengan penuh antusias. Selain Prof. Euis agenda ini juga menghadirkan tokoh inspiratif, praktisi dan akademisi sebagai narasumber: Khoiriyah Roihan, Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta. Keduanya berkenan berbagi kisah dan wawasan, pemacu semangat para Mahasiswa Baru untuk meraih kesuksesan dalam menempuh pendidikan di Fakultas Syari’ah dan Hukum

Lebih jauh Prof. Euis mengisahkan, sebelum wisuda, beliau telah mengikuti Program Pembibitan Dosen yang sangat kompetitif, dan berhasil lulus. Keahlian dalam Bahasa Arab dan Inggris menjadi salah satu aset berharga baginya. Melalui wadah pembibitan Dosen inilah Prof. Euis mendapat kesempatan beasiswa ke Eropa yakni di Leiden University di Belanda. Dan di Leiden, takdir mempertemukan beliau dengan Prof. Noorhaidi, yang juga sedang menuntut ilmu di kampus yang sama. Pasangan yang menjadi teladan ini menikah pada tahun 1999. Dan Prof. Noorhaidi saat ini menjabat sebagai Rektor UIN Sunan Kalijaga periode 2024 s/d 2028.

Prof. Euis menyelesaikan disertasi di Utrecht University, Belanda dengan penuh keseriusan di bawah bimbingan seorang Guru Besar Belanda. Sehingga disertasinya yang komprehensif menarik perhatian penerbit Amsterdam University, hingga diterbitkan dan dijadikan bacaan di beberapa universitas di Amsterdam dan sekitarnya. Menurut promotornya, kualitas disertasi Prof. Euis pantas diterbitkan berkat kajiannya yang mendalam dan menyeluruh setelah Daniel Enslah.

Disertasi monumental beliau membuka gerbang kesempatan untuk menyebarluaskan wawasan ke seluruh penjuru dunia. Pada tahun 2007, tepat setelah meraih gelar Doktor, beliau pertama kali diundang ke National University of Singapore. Kiprah internasionalnya kemudian meluas ke Jepang, Mesir, Melbourne University, Kuala Lumpur, Maroko, Sovia University, Turki, dan Meksiko. Pada tahun 2015, sebagai seorang alumni, beliau kembali diundang ke Belanda untuk membagikan pengalaman berharga dari pengajaran dan penelitian yang telah dilakukannya di Indonesia, demikian papar Prof. Euis.

Sementara itu, Khoiriyah Raihan dalam paparan motivasinya menyampaikan mimpinya menjadi hakim suatu hari. Hakim yang pernah bertugas di Bengkalis ini juga menyampaikan bahwa kini setiap lulusan yang bergelar Sarjana Hukum dapat mendaftar sebagai hakim. Prestasi yang patut diapresiasi, UIN Sunan Kalijaga pada 2017 berhasil meluluskan 129 calon hakim. Pengadilan Agama sering dianggap menakutkan, sehingga banyak yang memilih penyelesaian non-juridis. Mahasiswa hukum diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang proses pengadilan agama. Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta ini juga menekankan pentingnya mengikuti diskusi hukum dan menjalin hubungan erat antara Pengadilan Agama dan Perguruan Tinggi, mengingat banyaknya perkembangan terbaru yang memerlukan penyesuaian fikih dan undang-undang.

Wakil Dekan I Fakultas Syariah dan Hukum, Dr. Syamsul Hadi dalam sambutannya menyampaikan dengan bangga bahwa para narasumber yang hadir merupakan alumni dari Fakultas Syari’ah dan Hukum. Tak hanya mereka, Wakil Rektor I yang turut hadir, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, hingga Rektor saat ini juga merupakan lulusan dari fakultas yang sama. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa alumni Fakultas Syariah dan Hukum dengan kerja keras dan upgrade skill tiada henti mampu mencapai posisi-posisi penting di berbagai bidang. Ia mengajak Mahasiswa Baru untuk mengembangkan soft skill selain kecerdasan intelektual, mengingat tantangan ke depan akan semakin besar. Dengan dukungan tenaga pengajar yang berkualitas dan aktif dalam riset serta pengabdian, Mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi pembelajar yang tangguh tetapi juga mampu berkontribusi aktif di masyarakat.

Sementara itu, Prof. Iswandi Syahputra mengajak para Mahasiswa untuk berpikir jauh ke depan. Ia menggambarkan visi UIN Sunan Kalijaga untuk mencapai status internasional, dengan mendorong Mahasiswa mengikuti konferensi dan kegiatan internasional, bahkan sekadar berlatih bahasa Inggris dengan menjadi pemandu wisata. Sebagai langkah awal, ia mengingatkan pentingnya memiliki paspor, yang dianggapnya sebagai simbol mimpi besar untuk menjelajahi dunia dan membuka peluang global.

Poin kedua yang disampaikan Prof. Iswandi adalah pentingnya kecerdasan dalam berteknologi digital, karena saat ini hidup di era tersebut. Ia menyoroti bahaya pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol), di mana 70% Mahasiswa di Yogyakarta terlibat pinjol, yang kerap menjadi jebakan berbahaya dan sulit dihentikan. Kehadiran smartphone, menurutnya, sering kali menciptakan "kebenaran semu," yakni kebenaran yang dibentuk oleh opini dan framing, berbeda dengan kebenaran ilmiah yang didukung oleh metodelogi yang bisa dipertanggungjawabkan

Prof. Iswandi juga menyampaikan, bahwa dalam menghadapi dunia digital yang terus berkembang, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta telah mengusulkan kepada Kementerian Agama untuk menambah empat rumpun ilmu baru di bidang Syari’ah: Syari’ah dan Data Sains, Syari’ah dan Kecerdasan Buatan, Fikih dan Media Baru, serta Fikih dan Humanity. Syari’ah tidak boleh merasa paling tua dan paling unggul, tetapi harus terkoneksi dengan sains data atau big data. Dalam merumuskan hukum, Syari’ah tak bisa hanya mengandalkan dalil Qot’i, melainkan juga harus terintegrasi dengan pengetahuan modern yang relevan.

Prof Iswandi mengingatkan Mahasiswa untuk tidak menyerah di tengah uang jajan yang terbatas atau kondisi ekonomi yang menghimpit. Ia mengenang masa-masa di Yogyakarta, ketika tujuh hingga delapan tahun hidupnya terjalin dalam keterbatasan, terseok-seok, menyambi bekerja di sela-sela perkuliahan. Banyak dari teman-temannya bahkan memilih tidur di masjid agar tak perlu mengeluarkan uang untuk biaya kost. Hidup di tengah kesederhanaan itu menjadi pelajaran tentang keteguhan dan perjuangan, bahwa jalan menuju cita-cita sering kali diwarnai oleh ujian yang menguji ketahanan diri.

“Selamat menikmati Yogyakarta, kota berhati nyaman yang penuh pesona. Rasakan kehangatan yang tersimpan dalam setiap sudutnya, dalam sejarah yang membekas, dan kenangan yang mengiringi langkahmu. Nikmatilah Yogyakarta, bukan semata karena kampus dan Dosennya, tetapi karena suasana magis yang selalu mengundang rindu. Dari survei Kemenag, UIN Sunan Kalijaga tercatat kampung paling favorit antara 59 PTKIN di Indonesia. Meski kampusnya hanya seluas 17,5 hektar, gema namanya melintasi batas” pungkasnya. (Tim Humas)