Rektor UIN Sunan Kalijaga Mengajak Membumikan Lailatul Qodar di Agenda Bukber dengan Pegawai dan Rekanan
Foto Bersama Usai Penyerahan Secara Simbolis Dana Hibah Genset dari Bank BPD DIY dan Videotron dari BNI
Selama ini umat Islam memaknai , untuk mendapatkan Lailatul Qodar ditempuh dengan iktikaf di Masjid pada sepertiga malam terakhir di bulan Ramadhan. Tetapi betapapun rajinnya kita umat Islam dalam melaksanakan iktikaf di masjid, sepertinya belum ada yang merasakan tanda-tanda memperoleh Lailatul Qodar. Oleh karena itu kita umat Islam harus bisa bersama-sama membumikan makna Lailatur Qodar sebagai Rahmat Allah SWT yang bisa diukur, karena Qodar itu artinya terukur (dalam lingkup pemanaan Islam yang Rahmatan Lil Alamain). Dengan begitu perjuangan umat Islam untuk mendapatkan Lailatul Qodar adalah dengan melakukan upaya-upaya yang bisa diukur, hasilnya juga berupa Rahmat Allah yang bisa dirasakan dalam kehidupan nyata.
Hal tersebut disampaikan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi saat memberikan Tausiyahnya pada agenda buka puasa bersama Jajaran pimpinan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bersama para pegawai dan rekanan, bertempat di Gedung RHA. Soenarjo, SH., Jum’at, 8/6/18. Lebih jauh Prof. Yudian memaparkan, pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan umat Islam diperintahkan untuk melakukan iktikaf di masjid adalah dalam rangka memperingati malam Lailatul Qodar. Namun lebih dalam dari pada melakukan iktikaf di masjid, sesungguhkan Lailatul Qodar bisa didapatkan oleh semua umat Islam yang mau memperjuangkannya. Dan itu bisa dirasakan secara nyata, yang artinya bisa diukur. Lailatul Qodar bisa diraih siapa saja umat Islam yang mau berjuang dalam rangka memaksimalkan potensi positifnya sebagai manusia, dengan berpikir, bekerja dan berdoa, yang dilandasi kesabaran dan istiqomah.
Pada saatnya Allah SWT akan memberikan peningkatan derajad seseorang karena perjuangan dan doa yang dilandasi kesabaran dan istiqomah tersebut. Itulah yang dinamakan Lailatul Qodar. Misalnya; seorang budak yang dengan perjuangannya akhirnya berhasil memerdekakan dirinya, seseorang yang dengan perjuangannya hingga pada usia 25 tahun berhasil masuk Islam, seseorang yang dengan kegigihan belajarnya hingga memperoleh gelar Doktor atau Profesor, Seseorang yang dengan kegigihannya hingga berhasil memperoleh pekerjaan yang dicita-citakan, seseorang yang dengan kegigihannya berhasil menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan, dan sebagainya. Lailatul Qodar yang sifatnya kolektif, misalnya; kemerdekaan Indonesia (17/8/1945). Contoh contoh tersebut menjadi bukti nyata adanya peningkatan derajad dan kemerdekaan bagi siapa yang bisa meraihnya. Dan itu menjadi hukum dasar dalam Islam. Jika dilakukan kalkulasi penderajadan hukum dasar Allah SWT ini sama dengan 1.000 bulan. Hukum bonusnya, siapa yang bisa meraihnya, maka akan mendapatkan peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam hidup, jika mau mensyukurinya.
Jadi Lailatul Qodar itu diperjuangkan, bukan hanya melalui iktikaf, dan bisa diraih siapapun atas ijin Allah SWT. Lailatul Qodar terjadi setiap detik kepada siapapun yang diijinkan Allah SWT dalam kehidupan ini, demikian papar Prof. Yudian.
Dalam forum buka bersama ini juga diagendakan penyerahan hibah fasilitas Genset dari Bank BNI dan Fasilitas videotron dari Bank BPD DIY. Hibah ini dipersembahkan kepada UIN Sunan Kalijaga sebagai bentuk kepedulian kedua Bank terhadap percepatan pengembangan akademik di kampus ini. Penyerahan hibah secara simbolik oleh pimpinan kedua bank diterima Rektor UIN Sunan Kalijaga. (Weni)