Masih dalam Rangka Pekan Pancasila dan Bela Negara UIN Sunan Kalijaga 102 PT, 4500 Mahasiswa dan Organisasi Kemasyarakatan Hadiri Seminar Pemuda dan Bela Negara
Setelah berbagai kompetisi, pentas seni-budaya dan pameran karya akademik digelar selama 3 hari, 27 s/d 29/10/18, Kamis, 1/11/18 dihelat Seminar Nasional bertajuk Pemuda dan Bela Negara, dilanjutkan diskusi panel. Pada pidato mengawali seminar nasional, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., mengajak untuk bersyukur hidup di Negara Besar Indonesia yang memiliki Pancasaila. Dengan Pancasila, Indonesia memiliki 7 prestasi tingkat dunia yang tidak dimiliki negara manapun. Pertama, sebagai negara yang terjajah selama 434 tahun, dimana Islam sebagai pendatang baru yang bisa menjadi mayoritas dan bisa menyatukan segala perbedaan, bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan yang akhirnya terwujud pada Agustus 1945. Ini tidak terjadi di negara manapun.
Kedua, negara-negara besar Islam hancur pasca perang dunia I dan II. Tetapi Indonesia , tanpa terlibat dalam negara super power manapun, tiba-tiba mampu melahirkan negara yang lebih besar dengan segala kekayaannya.
Ketiga, Amerika Serikat besar tetapi pecahan dari Inggris, Rusia besar tetapi pecahan Uni-Sovyet, India yang dulu merupakan negara besar di bawah Islam terpecah menjadi India dan Pakistan kemudian jadi Banglades, Malaysia ada karena dimerdekakan. Saudi Arabia mengkianati Otoman Imperium yang kemudian mandiri menjadi kerajaan bukan khilafah. Sementara kawasan Muslim terbesar di dunia yang ada di Indonesia mampu merangkul semua perbedaan, menyatukan yang kecil-kecil untuk melahirkan negara yang lebih besar yakni NKRI, yang tidak ada tandingannya di dunia.
Keempat, nasionalisme dunia Islam mencabik-cabik negara Islam dari negara-negara besar menjadi negara-negara kecil. Tetapi nasionalisme di Indonesia justru mampu menyatukan pluralitas dan umat Islam yang berlapis-lapis menjadi terbesar di dunia, bahkan memiliki 17.000 sekian pulau. Bahkan Generasi Rosulullah pun tak mampu melahirkannya.
Kelima, ketika dua negara superpower berperang dengan senjata bom atom, yang menghancurkan negara-negara, tetapi Indonesia yang tidak memiliki teknologi apapun, justru mampu melahirkan negara besar dengan bermodal persatuan dan kesatuan yang ada dalam sila Pancasila. Inilah kekuatan Pancasila.
Keenam, kerajaan dan kesultanan di Indonesia dengan suka rela menyerahkan kekuasaan dengan segala konsekuensi konstitusinya demi berdirinya NKRI, ini tidak terjadi di belahan dunia manapun kecuali di Indonesia. Ketujuh, Lahirnya Pancasila dimotori oleh ulama dan Kyai Muslim di Indonesia. Oleh karena itu Pancasila bisa disebut sebagai mukjizat dari Allah SWT untuk Indonesia.
Oleh karena itu Prof. Yudian mengajak segenap mahasiswa dari seluruh penjuru Indonesia yang hadir di forum ini untuk memahami bahwa seluruh umat Islam di Indonesia boleh meyakini dan mempertahankan keyakinan masing masing, tetapi juga harus menyepakati konsensus bersama, yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Dasarnya menurut Prof. Yudian adalah bahwa sepeninggal Rasulullah, legitimasi tertinggi umat Islam adalah Ijma’ atau konsensus, bukan lagi pemahaman masing masing terhadap al Qur’an dan hadis, karena kalau itu yang dipegang maka akan terus timbul perpecahan dikalangan umat Islam sendiri. Di sisi lain dengan kebesaran hati umat Islam menerima konsesus bersama yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, maka ke depan, tidak mustahil Indonesia menjadi pemimpin negara-negara Muslim di Dunia, kata Prof. Yudian.
Kepala Kesbangpol DIY Agung Supriyanto yang mewakili Sri Sultan Hamengkubuwono X mengajak generasi muda mahasiswa Indonesia ambil peran sesuai bidang keilmuannya masing masing untuk membesarkan NKRI. Dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari seperti, beribadah sesuai tuntunan agama dengan sebaik-baiknya, namun juga bertoleransi, saling menghargai, menjunjung tinggi kejujuran, tidak mengagungkan ambisi golongan, suka bekerjasama dalam kebaikan, tidak mudah terpancing melakukan kekerasan dan sebagainya.
Di tengah – tengah agenda seminar, perwakilan Mahasiswa seluruh Indonesia dipimpin ketua Dema UIN Sunan Kalijaga, M. Romli mengucapkan tekat kebangsaan Mahasiswa Indonesia yakni: “ Kami Mahasiswa Indonesia, Bertanah Air yang Satu Tanah Air tanpa Penindasan, Berbangsa yang Satu Bangsa yang Berkeadilan, Berbahasa yang Satu Bahasa tanpa Kebohongan. Kami Intelektual Muda Indonesia bertekat menjaga Keutuhan NKRI dengan semangat Kebhinekaan, Menjaga Keutuhan antar Golongan dalam keberagaman. Kami Mahasiswa Indonesia berkomitmen bahwa Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD’45 adalah Empat Hal yang tidak bisa dirubah dan diganggu gugat, Mengamalkan Ilmu dan Bakti untuk Keadilan dan Kemakmuran, Membangun Peradaban demi Martabat Bangsa Indonesia di mata Dunia.” demikian tekat bersama mereka.
Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara, Prof. Pratikno dalam presentasinya menyampaikan bahwa momen Pekan Pancasila dan Bela Negara yang di selenggarakan di Kampus UIN Sunan Kalijaga seperti mengingatkannnya pada momen Sumpah Pemuda tahun 1928 lalu, sebagai Imagined Community. Pada saat itu para pemuda seperti sudah memiliki Negara Kesatuan Republik Indonesia, sementara realitasnya Indonesia saat itu masih bercerai berai dan terjajah. Tekat Sumpah Pemuda mewujudkan Persatuan dan kesatuan dikabulkan oleh Allah dengan terwujudnya NKRI. Maka bukan tidak mungkin tekat para mahasiswa Indonesia yang berkumpul di forum ini juga akan dikabulkan Allah SWT, jika didasarkan pada ketulusan hati.
Apa yang terjadi di negara negara lain hendaknya menjadi cermin bagi para pemuda Indonesai. “Lihatlah di sama, berawal dari negara yang makmur pada abad 20, sebagai negara satu agama Afganistan terus berperang antar saudara karena tidak adanya komitmen bersama. Rohingnya akhirnya mengungsi karena perbedaan agama. Dan masih banyak contoh lain,” kata Pratikno.
Oleh karena itu Indonesia mestinya bersyukur, banyak negara lain berguru dengan Indonesia, bagaimana bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam kondisi yang sangat plural ini.. Saat ini pemerintahan Jokowi memiliki proyek besar untuk turut andil menyatukan Afganistan. Jika ini berhasil, Indonesia punya kans besar untuk memimpin negara-negara Muslim dunia. Pihaknya berharap kaum muda Indonesia mampu memantapkan rasa kebangsaannya untuk turut andil menjaga persatuan dan kesatuan agar cita-cita Pemerintah i menjadi pemimpin negara Muslim dunia bisa terwujud.
Tantangannya adalah, kaum muda Indonesia tidak mudah terhasut oleh pemberitaan yang tidak bertanggungjawab (ujaran kebencian, fitnah, hoax dan lain-lain). Perlu diwaspadai pesan hoax yang dijadikan komoditas industri. Jika hal ini jadi konsumsi generasi muda melalui jaringan internet, sosial media akan mengancam keutuhan negara, demikian tegas Prof. Pratikno. Oleh karena itu pihaknya berharap, generasi muda terus turut andil dalam menggelorakan pesan-pesan kebaikan hingga menguasai panggung teknologi informasi agar pesan-pesan keburukan berangsur turun panggung. Usai presentasi Prof. Pratikno membuka Seminar Nasional ditandai pemukulan Gong.
Forum dilanjutkan diskusi panel menghadirkan narasumber; Prof. Faisal Ismail, Prof. Yudian Wahyudi dan Prof. Machasin dihadiri para Rektor PTKIN membahas tentang Islam dan Pancasila. Romo Baskoro, Robert Setio, Ida Bagus Agung dan Kris Tan membahas tentang Agama- Agama di Indonesia dan Pancasila. Para Rektor PTKIN di luar Jawa membahas tentang Bela Negara di Daerah Perbatasan. Dr. Phil Sahiron, Endrika Widdia Putri, Ngarjito Ardi Setyanto, Muhammad Puad Syafi’i, Suwanto membahas tentang Al Qur’an dan Pancasila di Era Kontemporer.
Di forum ini juga disampaikan hadiah dan penghargaan para pemenang kompetisi dalam rangka Pekan Pancasila dan Bela Negara, antara lain: Lomba karya tulis tingkat SLTP bertemakan Pemuda dan Bela Negara; Lomba karya tulis Al Qur’an, Pancasila dan Matematika untuk mahasiswa S1, S2 dan Umum; Lomba Hadroh se-DIY; Lomba bulutangkis single putra dan putri untuk mahasiswa lingkup PTKIN/PTKIS se-Indonesia; Lomba catur untuk civitas akademika UIN Sunan Kalijaga; Lomba bulutangkis ganda (pasangan Rektor dan Ketua PTKIN) se-Indonesia; Lomba tenis meja (pasangan Rektor dan Ketua PTKIN) se-Indonesia. (Tim Humas)