Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Jawab Tantangan Post Truth Era Lewat Konferensi International
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali \ mengadakan konferensi international. Forum ini dilaksanakan selama dua hari Rabu-Kamis (16-17/10/19). Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Dr. Rr. Siti Kurnia Widiastuti, M.Pd, M.A., selaku panitia penyelenggara kegiatan dalam laporannya menjelaskan bahwa forum ini merupakan agenda rutin tahunan Fakultas Ushuluddin. Tahun ini, merupakan tahun ketiga pelaksanaanya konferensi international yang bertema “Bridging Rationality and Piety within Multicultural Sosiety in Post Truth Era” dan bertempat di Gedung Prof. RHA Soenarjo, S.H.
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,Dr. Alim Roswantoro, S.Ag., M.A. dalam sambutannya menerangkan bahwa, Post Truth Eraadalah era dimana semua orang berani berbicara kebenaran termasuk kebenaran agama. Padahal dahulu, hanya sedikit orang yang benar-benar ahli di bidangnya yang berani berbicara mengenai kebenaran di media massa, yaitu para tokoh agama itu sendiri. Kontestasi kebenaran di dunia maya dan klaim kebenaran yang kita jumpai mengharuskan kita untuk menyikapinya dengan sebaik-baiknya.
Berfikir kritis adalah sikap wajib yang harus dimiliki dalam era Post Thurtini. Kebenaran tidak boleh dilandaskan pada sentimental pribadi saja. Akan tetapi, antara emosional dan rasionalitas harus diseimbangkan dalam melihat menanggapi sesuatu. Dengan demikian akan muncul sikap beragama yang dewasa yang tidak mudah menghakimi sesuatu. Kedewasaan dalam beragama akan terlihat dari sikap mau mendengarkan berbagai perspektif yang berbeda - beda.
Sementara itu, Prof. Dr. Musdah Mulia, salah satu pembicara perempuan pada forum tersebut memaparkan mengenai Religion and Gender Issues within Mulicultural Sosiety in Post Truth Era. Menurut Prof. Musdah, Perempuan kini menjadi target utama sasaran radikalisme. Ini karena sikap perempuan yang lebih rentan dan penurut. Kendati demikian, perempuan juga dapat menjadi aktor yang dapat memilki peran yang paling efektif dalam mencegah radikalisme, sebab sikap dasar perempuan yang lebih mengayomi dan pembawa kedamaian dalam keluarga serta tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga.
Selain Prof. Musdah, pembicara pada Plenary Session hari pertama juga hadir Prof. Dr. Mahmut Erol KILIC dari Kedutaan Turki untuk Indonesia; Ismail Fahmi, Ph.D dari Social Network Analyst, Pendiri Media Kernels Indonesia; Zaenal Abidin Bagir, Ph.D dari Pusat Studi Agama dan Lintas Budaya, Universitas Gajah Mada. Sementara pembicara pada Plenary Sessionhari kedua yaitu, Prof. Jeffrey Kenney dari DePaw University, USA; Dr. Muhammad Ilyas dari Liverpool University Singapore; Eddy Prayitno dari Matahari Timur; dua pembicara dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Fahruddin Faiz, M.Ag dan Dr. Sekar Ayu Ariyani, M.A
Dr. Fahruddin Faiz dalam paparannya mengenai Post Truth : Hermeneutika Awarenessmenjelaskan bahwa Hermeneutika Awareness penting untuk dimiliki pada era Post Truth. Kesadaran tersebut akan menghadirkan sikap hati-hati, terbuka, empati, kesadaran personal dan keterikatan sosial, dan kesediaan untuk berfikir sejenak dalam menyelami setiap situasi, dan tidak langsug menghakami sesuatu dengan pandangan pribadi. Pemilihan tema konferensi ini adalah sebagai usaha untuk merespon tantangan pada era post truthdari berbagai perprektif yang dibahas oleh para ahli dibidangnya, tambah Dr. Alim.