UIN Sunan Kalijaga Kukuhkan Prof. Moh. Pribadi sebagai Guru Besar
Sekretaris Senat memindahkan ikat tali toga Guru Besar Prof. Dr. Moh. Pribadi, M.A., M.Si., didampingi oleh Ketua Senat, Dr. H.
Salah satu tema utama Muqaddimah Ibn Khaldun adalah gagasannya tentang 'ilm al-'umrân/sosiologi. Dari perspektif modern gagasan sosiologinya dapat ditafsirkan sebagai ilmu kemasyarakatan. Menyangkut fenomena manusia dan masyarakat, ia menyatakan bahwa keduanya merupakan fenomena kehidupan alam semesta unik dan dinamis yang muaranya pada kemajuan menuju kesejahteraan sosial. Muqaddimah sebagai data sejarah yang berisi pemikiran sosiologinya perlu dianalisis melalui cara hermeneutik to wil, proses interpretasi teks melalui historical function, meaning function, dan implikatif function untuk menemukan semiosisnya. Menurutnya, manusia dan masyarakat dalam perkembangannya sangat erat kaitannya dengan alam pikiran dan dimensi ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Dia berkembang melalui tiga tahap al-'aql al-tamyizi, al-'aql al-tajribi, dan al-'aql al-nadzari. Tataran studinya tentang fenomena sosial tercermin pada pengamatan indrawi dan historis hissiyyah wa tarikhiyyah dan pada cara kerja logika rasional dalam menelusuri data-data awal risetnya. Inilah metodologi riset sosialnya sebagai patokan yang sampai saat ini menjadi pegangan para peneliti di bidang ilmu sosial. Dia menawarkan metode analisis terpadu dalam gagasan sosialnya, sebuah analisis sosiologis berdasarkan data dan fakta sosial yang dipadu dengan al-Qur'ân dan al-Hadits. Dalam gagasan sosiologinya la berusaha memadukan dan menggabungkan keduanya.
Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. Moh. Pribadi, M.A., M.Si., pada Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar, bertempat di Gedung Prof. R.H.A. Soenardjo, S.H., kampus UIN Suka, 27/07/2022. Hadir dalam Rapat Senat Terbuka kali ini antara lain: Ketua Senat, Prof. Siswanto Masruri, Anggota Senat, Rektor UIN Suka, Prof. Phil Al Makin, para Wakil Rektor, Para Dekan, tamu undangan dan segenap Sivitas Akademika UIN Suka. Prof. Dr. Moh. Pribadi, M.A., M.Si., dengan suasana penuh haru telah resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Studi Islam/Sosiologi oleh Ketua Senat UIN Suka, Prof. Siswanto Masruri berdasarkan SK Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI nomor 13793/MPK.A/KP.05.01/2022.
Lebih jauh, Prof. Dr. Moh. Pribadi, M.A., M.Si., menyampaikan judul pembahasannya yakni Madzhab pemikiran sosiologi Ibn Khaldun. Relevansi pembahasan judul ini dapat dilihat dari aspek pemikiran menyangkut fenomena manusia dan masyarakat yang disebabkan oleh alam pikirannya yang dinamis sejalan dengan perkembangan ilmu sosial. Manusia dan masyarakat adalah dua fenomena kehidupan alam semesta yang unik dan dinamis yang muaranya pada kemajuan menuju kesejahteraan sosial. Sebuah pemikiran sosiologi yang masuk dalam era pra klasik yaitu pada 732-808H/1332-1406 M. 500-an tahun sebelum munculnya sosiologi modern. Namun pemikirannya masih tetap menarik sampai saat ini terbukti dari banyaknya sosiolog dan ahli lainnya dari masa ke masa yang meneliti pemikirannya sampai sekarang.
Ibn Khaldun tidak mengisyaratkan secara langsung bahwa ‘Ilm al-‘umrân/sosiologi dalam Muqaddimah didukung bukti-bukti, tapi ia berulang-ulang memperkuat analisis didalamnya dengan bukti-bukti yang didasarkan atas data-data sosial empiris alamiah barâhîn wujûdiyyah thabî’iyyah, artinya data-data itu didasarkan atas apa yang terjadi secara riil di masyarakat.
Ibn Khaldun dalam membangun landasan argumentasi asumsinya, pertama-tama mendasarkan pada data dan fakta empiris yaitu manusia yang mengalami proses alamiah dari setetes sperma, berkembang menjadi segumpal darah, dan kemudian seonggok daging. Ini dilihatnya sebagai data dan fakta empiris. Data-data empiris ini diuji (melalui laboratorium) sehingga dapat membuktikan bahwa proses tersebut itu dinilai benar secara kausalitas sebagaimana dianut oleh sosiologi modern semisal sosiologi positif.
Dalam konteks kepaduan, cara pandang Ibn Khaldun dalam menganalisis data dan fakta sosial dapat dikatakan sebagai metode berpikir empiris yang mengintegrasikan dengan agama atau mengambil istilah Prof. Mukti Ali “scientific cum doktriner”. Dalam konteks kepaduan, Ibn Khaldun menginginkan adanya keseimbangan antara realitas sosial empirik dengan norma agama yang mempengaruhi suasana kebatinan dan menjadi latar belakang fenomena sosialnya. Suasana kebatinan sosial yang berupa nilai-nilai yang diyakininya dinilai sebagai faktor non empirik, namun mendasari realitas sosial nyata. Ibn Khaldun berusaha keras menyingkap realitas sosialnya secara utuh dengan memadukan antara realitas sosial dan unsur yang melatar belakanginya.
Pola pengamatan terhadap fenomena sosial adalah yang mendominasi ‘ilm al-‘umrân/sosiologi Ibn Khaldun. Dasar pengamatan terhadap fenomena sosial tampak secara jelas ketika Ibn Khaldun berbicara karakter masyarakat badui dan hadlar dan fungsi-fungsi kehidupan yang menopang struktur sosialnya. Fenomena masyarakat diangkat sebagai data dan fakta sosial empiris yang diselaraskan dengan hubungan kausalitas melalui analisis argumentatif yang sesungguhnya merupakan suatu hasil gabungan pemikiran cerdas pada masanya, orang mengakuinya atas kejeniusan Ibn Khaldun sebagai pelopor sosiologi.
Pertama, memetakan gejala-gejala sosial yang menyangkut indikator-indikator sosial yang bersifat empiris seperti variabel sosial atau fakta sosial yang memiliki karakteristik yang bersifat variabel kasat mata (indrawi), Kedua, memetakan gejala sosial yang bersifat laten yang ditengarai oleh variabel pertama, Ketiga, dari dua gejala sosial tersebut di atas baik yang konkret maupun yang tidak laten, setelah diukur dengan analisis masing-masing sangatlah mungkin hasilnya belum mencapai suatu kesimpulan yang utuh dan objektif, mengingat karakter manusia yang unik tersebut. Dalam hal ini teori tahap ketiga yaitu tahapan rasional burhânî dapat diterapkan. Dan Keempat; sedangkan pada tahapan terakhir yaitu tahapan intuitif ‘irfânî adalah suatu hasil final yang mengikat yang didasarkan pada suatu kebijakan yang bersifat transenden berdasarkan “wahyu/ilham”. Penerapan ini hanya dapat ditempatkan pada puncak tahapan keempat setelah tiga tahapan sebelumnya. Pada tahapan ini kesimpulan akhir dapat dikatakan mendekati kesimpulan sebagaimana adanya, atau dalam istilah lain yang bersifat komprehensif dan holistik.
Prof. Moh Pribadi menutup pidatonya dengan mengutip pernyataan Al-Thanjî yang menulis pandangan Ibn Khaldun, yakni tidak ada keharusan adanya dasar agama langit untuk mendirikan kerajaan dan Negara sebagai kontrak sosial. Oleh karena dalam kenyataannya banyak kerajaan yang hidup tanpa agama langit, namun memiliki kekuasaan yang luas, mempunyai sultan, sistem politik, undang-undang, tentara, dan kota-kota yang ramai dan makmur. Sementara umat yang diselimuti agama langit terbilang sedikit dibanding bangsa/umat lain. Hanya saja, meskipun agama langit tidak harus menjadi dasar untuk membangun suatu kerajaan, namun agama tetap menjadi kewajiban dasar untuk pendirian kerajaan yang modern dan mendekati kesempurnaan. Oleh karena, kerajaan/negara sebagai institusi sosial yang pendiriannya diikat kuat oleh dasar-dasar agama langit mampu menyatukan antara dua kepentingan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.
Prof. Dr. Moh. Pribadi, M.A., M.Si., lahir di Kebumen pada 18 Januari tahun 1959, merupakan suami dari Sri Wahyuni dan Ayah dari dua putri. Pernah mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, melanjutkan magister pengajaran Bahasa Arab di Inst. Khartoum Sudan, Magister Sosiologi di UGM Yogyakarta dan melanjutkan Doktoral di UIN Sunan Kalijaga pada bidang Studi Islam/Sosiologi. Prof. Pribadi menjadi tenaga pengajar tetap pada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga sejak tahun 1944 sampai sekarang.
Sementara itu, Prof. Al Makin dalam sambutannya usai pengukuhan, menyampaikan rasa syukurnya atas pengukuhan Prof. Moh. Pribadi sebagai Guru Besar, sehingga menambah lagi barisan Guru Besar di kampus UIN Sunan Kalijaga. Dan semakin menguatkan pengembangan akademik di kampus ini. Rektor juga terus mengajak bersyukur atas kemajuan dan pencapaian akademik di kampus ini. “Kita dianugerahi kedamaian, kesabaran, lingkungan yang kondusif untuk berprestasi dan bekerja sama. Semua bekerja dengan baik. Semua saling menghargai. Semua berusaha memberikan yang terbaik. Mari kita syukuri. Perdamaian antara kita, suasana dingin, adem, dan saling memberi kesempatan untuk berkarya. Kampus kita bertambah menjadi sorotan dan model bagi pendidikan nasional,” kata Prof. Al Makin.
UIN Sunan Kalijaga juga sedang songsong penganugerahan HC untuk Kardinal Ayuso dari Vatikan. Pembangunan gedung SBSN Alhamdulillah lancar. Progress terus kita monitor. Kampus Pajangan semoga segera kita bangun akhir tahun ini dan awal tahun depan, Harap Rektor.
Perolehan Guru Besar kita juga lancar terus. Ada 13 Guru Besar yang kita kawal dan sukses. Prof. Sekar Ayu Aryani, Prof. Sri Sumarni, Prof. Agus Najib, Prof. Casmini, Prof. Mahmud Arif, Prof. Tasman, Perof. Moh. Pribadi (hari ini dikukuhkan), Prof. Siti Ruhaini Dzuhayatin, Prof. Nurdin, Prof. Erni Munastiwi, Prof. Ahmad Baedowi, Prof. Sahiron, dan Prof. Sukiman (menyusul akan dikukuhkan). Setiap pengajuan kita kondisikan, baik Lektor, Lektor Kepala atau Guru Besar. Semua kita support secara serius.
Dua hal yang kita lakukan: 1. Kelancaran administrasi dari Fakultas sampai Senat, Senat Fakultas dan Senat universitas. Semua mendukung kelancaran demi kesuksesan bersama. Jika ada yang sukses segera kita apresiasi. 2. Kelancaran kualitas dan penulisan karya ilmiah. Ini berbagai cara kita lakukan untuk mendorong karya ilmiah. Sekaligus perlu inovasi-inovasi baru untuk mendorong para Dosen agar berkarya dan masuk dalam kriteria syarat Guru Besar, Scopus misalnya. Para Dekan juga kreatif dalam membuat program, baik workshop atau pendampingan.
Terkait ketokohan yang diangkat dalam karya Prof. Pribadi, Prof. Al Makin menyampaikan, Ibn Khaldun adalah nama besar di dunia, dunia Muslim atau dunia Barat. Banyak hal yang sudah dibahas di dunia ilmiah figur ini. Banyak referensi, buku, artikel, diskusi, seminar, konferensi, workshop hampir setiap tahun muncul karya baru tentang Ibn Khaldun. Bahkan patung dan gambar banyak di buat di berbagai belahan dunia. Google saja di dunia online, banyak menampilkan sosok fisik versi Ibn Khaldun. Di Tunisia berdiri patung besar Ibn Khaldun. Di Kairo juga ada patung Ibn Khaldun. Di Algeria juga ada patungnya. Namanya menjadi nama Universitas di Turki dan juga di Indonesia. Ibn Khaldun ini milik dunia. Bidangnya tertulis seperti: historiografi, atau Tarikh, atau kronikel. Kemudian sosiologi. Demografi bidang kependudukan. Ekonomi dengan teori pajaknya. Dan teori dalam ilmu politik atau political science. Paparan penelitiannya meliputi luas sekali, Abbasiyah, teori tentang penaklukan, perjalanan peradaban atau hidup matinya masyarakat, pertumbuhan ekonomi, tentang krisis politik, dan teori supply and demand (permintaan dan adanya barang). Ibn Khaldun adalah figure besar dalam pemikiran.
Para ahli Barat mengkajinya dari berbagai bidang. Ibn Hajar al-Asqalani banyak sekali mengkritisi dan tidak setuju dengan Ibn Khaldun. Tetapi kemiripannya dengan gaya al-Jahiz, ilmuan sebelumnya banyak memberi inspirasi. Masa Ottoman Turki, Ibn Khaldun sudah menjadi rujukan. Di Eropa biografi Ibn Khaldun muncul abad 17 dalam Barthelemy d’Herbelot de Molainville, Bibliothèque Orientale. Abad 19 mulai dikenalkan lagi oleh Silvestre de Sacy dalam karya Chrestomathie Arabe, bagian dari prolegomena atau Muqaddimah muncul di situ. Para komentator kritis modern banyak membahasnya, Arnold Toynbee, Ernest Gellner, menyoroti tentang teori pemerintahan, dari sudut pandang ahli ekonomi. Paul Krugman ekonom masa kini yang sering menulis opini di New York Time menyebut Ibn Khaldun peletak dasar teori ekonomi modern.
Indonesia menghadapi 2024 pemilu besar, demokrasi yang perlu mendapat perbaikan-perbaikan, moral, spiritual, dan akhlak. Demokrasi kita masih perlu kritik tidak hanya angka dan vote gathering, tidak hanya elektabilitas dan popularitas, tetapi perlu kualitas dan bobot moral, mental, spiritual. Ada banyak isu ongkos besar, money politics, biaya berat, dan politik identitas. Mari baca Ibn Khaldun lebih serius lagi, tidak hanya polling dan polling saja untuk kenaikan popularitas. Mari, para cendekiawan kita sumbangkan yang bisa kita sumbangkan. Teori pemerintahan, teori peradaban, moral bangsa, dan peradaban dan masyarakat. Itu semua bisa dibaca di Ibn Khaldun.
Nama besar Ibn Khaldun seperti Darwin, John Locke, bahkan mensejajarkan dengan Plato dan Aristoteles. Nama dia muncul di google scholar sekitar 5.500 kali sekali ketik dengan keywordnya. Ada banyak buku, artikel, kajian ilmiah yang luar biasa banyaknya.
Kelemahan kita mungkin juga tidak hanya di Indonesia, tetapi hampir seluruh dunia Muslim adalah kurangnya apresiasi dan usaha kecendekiawanan. Kita suka nama besar, figur, tetapi untuk membahasnya kurang semangat. Tidak hanya kecendekiawanan tetapi juga olahraga kita kurang begitu serius. Sedikit sekali dana dan usaha ke arah sana. Mencari figur yang berdedikasi tinggi telaten melakukan penelitian juga sulit rasanya. Beberapa kawan kita sudah meningkat dalam tarap ini, tetapi masih sangat terbatas. Kita serius dalam bidang politik dalam berbagai skala. Politik dengan ongkos mahal dan juga dengan acara besar perayaanya. Ini menjelang 2024 tentu ongkos mahal dari berbagai segi sudah disiapkan. Penelitian kita juga meningkat-ningkat secara serius, niat, dana, komitmen, dedikasi dan dukungan kita bersama. Pendanaan kita masih kecil juga, dibanding dengan ongkos biaya politik, baik pilkada, pemilu atau ongkos-ongkos lainnya. Perlu ada yang berdedikasi, tetapi perlu komitmen kita semua untuk riset, demikian pungkas Prof. Al Makin. (Tim Humas)