Kuliah Umum Mahasiswa Baru FST UIN Suka, Tumbuhkan Spirit Belajar yang Kreatif, Inovatif, Beradab di Era Digital
Sejumlah 460 orang Mahasiswa Baru Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga mengikuti kuliah umum bertajuk “Menumbuhkan spirit belajar yang kreatif, inovatif, beradab di Era Digital,” bertempat di gedung Prof. Soenarjo, S.H., kampus UIN Sunan Kalijaga, 2/9/2022. Forum ini menghadirkan narasumber Rektor UII, Prof. Fathul Wahid. Kehadiran Prof. Fathul Wahid disambut Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Dr. Khurul Wardati, dan Wakil Rektor 1, Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Prof. Dr. H. Iswandi Syahputra.
Dalam arahanya di hadapan segenap Mahasiswa baru, Dr. Khurul Wardati memberikan motivasi agar semua mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi memiliki tekad untuk berprestasi, kreatif, inovatif, dan disiplin memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengikuti banyak peluang. Mengikuti berbagai kompetisi yang ada baik akademik maupun non akademik.
Prof. Dr. H. Iswandi yang memberikan arahannya secara daring menambahkan, setelah beberapa semester perkuliahan dilaksanakan secara daring, tahun ini, Alhamdulillah sudah dapat dilaksanakan secara luring. Selama melakukan perkuliahan secara daring tentunya banyak kendala yang harus diatasi kampus secepatnya supaya dapat menyelenggarakan kuliah daring dengan baik. Namun meskipun banyak kendala, ternyata ada hal yang mencengangkan, tuturnya.
Data panitia SBMPTN menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil ujian SBMPTN tertinggi dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa berselancar di internet, melatih sebagian besar pelajar untuk berpikir tingkat tinggi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) menjadi tinggi.Ini menjadi ancaman para pakar, jika tidak dapat mengikuti pola belajar generasi muda. Hati-hati untuk para Guru dan Dosen. Kecerdasan buatan generasi sekarang dapat menggusur peran dan fungsi Guru dan Dosen, jika tidak segera menyesuaikan diri dengan kecanggihan teknologi digital. Oleh karena itu melalui forum ini pihaknya mengajak seluruh Dosen bersama Mahasiswa baru Fakultas sains dan teknologi untuk terus melakukan adaptasi dengan perubahan teknologi digital yang sangat cepat. Di era aplikasi internet, yang dapat memanfaatkan dengan baik akan lebih pintar dari dosennya.
Prof. Dr. H. Iswandi menyampaikan, melalui kepakaran Prof. Fathul Wahid di bidang TI, pihaknya ingin belajar bagaimana adab dan etika pemanfaatan Teknologi Digital, karena ke depan pastilah perkuliahan di kampus UIN Sunan kalijaga akan berlangsung secara kombinasi daring dan luring. Hal ini juga karena untuk menyiasati keterbatasan ruang kuliah dan mensupport mahasiswa yang kuliah sambil bekerja.
Prof. Dr. H. Iswandi juga menyampaikan tentang pentingnya seluruh Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga untuk memahami etika pergaulan, untuk mencegah adanya kemungkinan buruk dari pergaulan antar mahasiswa, yakni kekerasan seks. “Oleh karena itu semua Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga harus dapat mengenali, memahami pergaulan yang sehat, dan menghindari pergaulan bebas, serta kemungkinan buruknya. Segera laporkan jika ada yang mengalami dapak buruk dari pergaulan,”demikian ajak Prof. Iswandi. “Pahami juga 4 tahap kekerasan seksual (simbolik, verbal, fisik, psikologis),” imbuh Prof. Dr. H. Iswandi.
Sementara itu, dalam paparannya Prof. Fathul Wahid antara lain menyampaikan, Ilmu pengetahuan adalah bekal sebaik–baiknya untuk meraih keberuntungan di dunia di akhirat. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang telah disabdakan 14 abad yang lalu. Selain itu, ilmu pengetahuan juga yang membangun peradaban dunia di jaman apapun. Maka, pengembangan dan dukungan terhadap ilmu pengetahuan perlu dimaksimalkan guna mencapai kejayaan peradaban terutama peradaban Islam yang telah lama meredup.
Disampaikan, kalimah Iqro’ disebutkan 2 kali dalam 5 ayat yang pertama kali diturunkan. Perintah iqro’ (membaca) merupakan perintah langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad pada khususnya dan umat Nabi Muhammad pada umumnya. Membaca tidak hanya sekedar melihat dan melafalkan kata per kata dari Kitab, tetapi juga mempelajari dan mentadaburi makna–makna yang terkandung di dalamnya baik tersirat maupun tersurat. Hal demikian yang disebut dengan belajar dengan tujuan mencapai derajat ulul albab, kata Prof. Fathul Wahid.
Sementara, belajar tentang peradaban perlu diurutkan secara kronologis. Dengan pendekatan kronologis, kita akan mengetahui penyebab dan indikator kejayaan serta keruntuhan suatu peradaban. Hal ini dapat memberikan kita suatu wawasan bagaimana umat muslim mengembalikan atau membentuk kejayaan peradaban baru di masa depan.
Peradaban Islam pernah berjaya selama beberapa abad dengan pusat peradabannya di Alexandria dan Baghdad. Hal itu tidak lepas dari peranan para pimpinan Negara untuk memfasilitasi para ilmuwan pada zaman tersebut untuk terus memproduksi ilmu pengetahuan. Namun, kemunduran juga tidak dapat dielakkan bagi peradaban tersebut. Ada beberapa sebab yang menyebabkan kemunduran yaitu, 1) Tidak ada pendanaan yang cukup untuk Baitul Hikmah sebagai rumah para llmuwan untuk memproduksi sains dan teknologi. 2) Ilmuwan–ilmuwan melakukan hijrah ke tempat lain yang lebih mendukung perkembangan sains dan teknologi, serta 3) Konflik perebutan kekuasaan.
Kejayaan peradaban dapat kita raih kembali di masa depan. Bukan hanya mengembalikan apa yang sudah dicapai para pendahulu, tetapi menciptakan lagi kejayaan yang baru. Kejayaan tersebut hanya dapat dicapai dengan pengembangan sains dan teknologi yang massif oleh para ilmuwan muslim. Kemajuan peradaban yang dialami oleh negara – negara maju saat ini sudah dicapai dengan pembuktian di bidang sains dan teknologinya.
Para mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga adalah salah satu komunitas akademik yang membawa amanah tersebut. Tentu, ini bukan tugas yang dilakukan selama jangka pendek, tetapi harus dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga memerlukan semangat belajar yang kreatif dan inovatif untuk mencapai kejayaan peradaban tersebut. Kreatif berarti membuat sesuatu yang baru, inovatif berarti membuat sesuatu baru tersebut diterima oleh masyarakat. Dengan keyakinan dan Iman yang kuat pada Sang Pencipta disertai keikhlasan, hal tersebut niscaya dapat tercapai, demikian Prof. Fathul Wahid memotivasi. (Weni/Ihza/Alfan)