Dosen Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Raih Doktor di UNS Temukan Taksonomi Penilaian HOTS-Melatih Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Dr. Wina Berfoto Bersama Promovendus
Pergeseran paradigma pendidikan era disrupsi 4.0 menuntut guru bisa mengajarkan kepada semua siswanya cara berpikir kreatif dan inovatif. Agar semua siswanya bisa menghadapi setiap tantangan masan depan. Kemampuan berpikir kreatif dan inovatif ini menjadi modal untuk mampu bersaing dunia kerja masa depan. Kalau hanya dibekali pengetahuan, maka pengetahuan akan kedaluwarso digantikan pengetahuan yang lebih mutakir.
Winarti, Dosen Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga dalam riset disertasinya berhasil menemukan metode pembelajaran yang disebut Taksonomi Higher Order Thingking Skill (Taksonomi HOTS) beserta instrumen penilaian capaian pembelajaran untuk mata pelajaran fisika (khusus bidang Suhu dan Kalor). Penelitian putra kelahiran Yogyakarta ini dipresentasikan untuk meraih gelar Doktor Pendidikan IPA di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNS Surakarta belum lama ini.
Karya Doktoral Winarti berjudul “Pengembangan Taksonomi dan Instrumen Penilaian Higher Order Thinking Skill untuk Pembelajaran Suhu dan Kalor di SMA/MA” dipertahankan di hadapan Promotor: Prof. Drs. Cari, M.Sc., M.A., Ph.D. Kopromotor: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd dan Dr. Edi Istiyono, M.Si. , dan penguji: Prof. Dr. rer. nat. Sujidan, M. Si., Prof. Dr. Budiono, M. Sc., Prof. Dr. Agus Suyatno, M. Si. Sidang promosi dipimpin Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., dengan sekretaris Prof. Dr. Nurkamto, M.Pd.
Ditemui di ruang kerjanya, kampus Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ibu 3 anak dari suami Mayor Tek. TNI AU Ainul Chuzam, M. Pd. Si. ini memaparkan, melalui risetnya ia berupaya mendesain Taksonomi HOTS, mendesain instrumen penilaian HOTS fisika materi suhu dan kalor, menganalisis karakteristik instrumen penilaian HOTS materi suhu dan kalor, menganalisis efektivitas taksonomi dan instrumen penilaian Higher Order Thinking Skill, menganalisis profil HOTS peserta didik MA di DIY.
Menurut Winarti, Penelitian merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) yang merujuk pada model Borg & Gall. Instrumen penilaian diujicobakan pada 365 peserta didik dan tahap pengukuran dilakukan pada 550 peserta didik. Validasi isi dianalisis dengan menggunakan V-Aiken dan validasi konstruksi menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Analisis data menggunakan Partial Credit Model (PCM) dengan program Quest dan Parscale. Program Quest untuk menguji kecocokan model dan tingkat kesukaran instrumen penilaian, sedangkan Parscale untuk mendapatkan ability, kurva karakteristik butir fungsi informasi dan SEM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan mengacu pada langkah-langkah pengembangan model Borg and Gall, Winarti berhasil mengembangkan Taksonomi HOTS untuk mata pelajaran fisika yang terdiri dari empat proses kognitif yakni Analize, Evaluate, Infrence, dan Create. Pengembangan Taksonomi ini merangkai empat level kemampuan yang digunakan dalam fisika. Winarti juga berhasil mengembangkan instrumen penilaian HOTS fisika materi suhu dan kalor dengan nama Temperature and Heat Test Higher Order Thinking Skill (THT-HOTS) sejumlah 35 butir dengan tipe three tier test. Sementara karakteristik instrumen penilaian HOTS fisika materi suhu dan kalor bisa dijabarkan: memiliki nilai validitas isi antara 0,8 sampai dengan 0,9, validitas konstruk menyatakan indikator fit terhadap model dengan nilai p-value sebesar 0,282 nilai RMSEA sebesar 0,019 dan 0,08, GFI sebesar 0,84, nilai NFI sebesar 0,91 dan NNFI sebesar 0,94. Nilai Reliabilitas instrumen dengan nilai 0,75. Intrumen penilaian memiliki nilai tingkat kesukaran butir pada rentang antara -1,15 sampai dengan 0,51 dengan kategori baik.
Efektivitas Taksonomi HOTS dan instrumen penilaian HOTS yang dikembangkan ini dinyatakan layak dan efektif digunakan. Taksonomi layak digunakan guru sebagai panduan pengembangan penilaian berbasis HOTS untuk pembelajaran fisika karena taksonomi memiliki karakter materi fisika. Instrumen penilaian layak digunakan untuk mengukur HOTS peserta didik pada materi suhu dan kalor. Profil HOTS peserta didik MA menunjukkan bahwa HOTS berada dalam kategori rendah. Berdasarkan data profil HOTS diperoleh bahwa peserta didik masih berada pada level analisis dan evaluasi dengan kemampuan sebatas mengidentifikasi dan menuliskan ulang data yang terdapat dari soal saja, belum pada proses berpikir melihat hubungan dari berbagai variabel tersebut. Untuk indikator proses kognitif create sulit tercapai karena memang siswa belum terbiasa menghadapi soal dengan permasalahan yang membutuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Menurut Winarti, Metode Pembelajaran Taksonomi HOTS yang ditemukannya ini bisa membawa Pembelajaran IPA direalkan dan kontekstual. Dalam prakteknya, pembelajaran IPA perlu memperbanyak demonstrasi atau praktikum agar peserta didik dapat merekronstuksi pemahamanannya terdahulu yang diperoleh dari pengalaman (daily experience). Rekonstruksi ini dapat memperbaiki kesalahan konsep yang mungkin terjadi di peserta didik. Selain itu proses pengamatan yang dilakukan dalam demonstrasi atau praktikum akan memunculkan ide-ide baru dari peserta didik sehingga proses kognitif create dapat dicapai.
Menanamkan dan memfasilitasi HOTS dalam pembelajaran IPA dapat tercapai dengan menciptakan kondisi belajar yang menuntut peserta didik aktif, tidak saja mencakup hands on tetapi juga minds-on. Berdasarkan hasil observasi dan penelitian pendahuluan dominan guru menggunakan ceramah dalam pembelajaran IPA. Metode ceramah tidaklah salah hanya perlu sedikit kreativitas mengolah metode ceramah menjadi lebih menginisiasi peserta didik untuk berpikir. Guru dapat memulai dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang menuntut kemampuan berpikir bukan hapalan, jelas Dr. Winarti, S.Pd., M. Pd. Si. Selamat dan sukses ya Bu Winarti. Semoga dengan capaian gelar Doktor ini menjadi penguat energi untuk kemajuan pengembangan akademik Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga. (Weni)