Dua Dosen UIN Sunan Kalijaga Meraih Short Term Award dari DFAT Australia
Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menerima penghargaan berfoto bersama peserta Short Term
Dua dosen UIN Sunan Kalijaga, Dr. Suhadi Cholil dari Pascasarjana Interdisiplin dan Dr. Muhammad Wildan dari Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, belum lama ini mengikutishort courseyang diselenggarakan oleh Deakin University Australia selama dua minggu, dari tanggal 15 September sampai 1 Oktober 2017. Sebelumnya kedunya telah mengikutishort coursediJakarta Central for Law Enforcement Cooperation(JCLEC)Semarangpada Agustus 2017.
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari hibahShort Term Awards(STA) yang memfokuskan pada kajian mengenaiContemporary Terrorism and Policy Responses.Dari banyak lamaran yang masuk, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) memilih 32 peserta dari seluruh Indonesian, seperti dari Kepolisian RI, BNPT, NGO, TNI, Universitas, Bappenas, Kementerian Polhukam, Lembaga Penelitian, Kemenlu, Komnas Perempuan, dll.
Selama di Canberra dan Sydney, pesertashort coursemempelajari dan sharing pengalaman mengenai berbagai topik. Topik-topik tersebut antara lain tentang perkembangan dan tantangan terorisme di Timur Tengah dan Asia Tenggara; terorisme dan kekerasan ekstremisme di Indonesia; penelitian-penelitian terkait dengan CVE(counter violent extremism)di Indonesia dan Australia; metode pencegahan holistik terrorisme;e-safetydan keamanan dunia maya; kebijakan publik dan narasi kontra/ alternatif dalam bidang Counter Terrorism (CT) dan CVE; intervensi dini CT dan CVE; deradikalisasi dandisengagement; pemolisian masyarakat dan peran pemerintah lokal; danimpact evaluationdalam program-program CT dan CVE.
Pemateri terdiri dari para akademis the Alfred Deakin Institute for Citizenship and Globalization (ADI) Deakin University Australia dan para praktisi. Narasumber dari kalangan akademisi misalnya Prof. Greg Barton, Prof. Debra Smith, Matteo Vergani, Muhammad Iqbal, dan Natalie Ralph. Sementara itu praktisinya adalah Tony Sheehan, John Gould, Katherine Jones, Jenny Cartwright dan Natalie Davis.
Selain belajar di kelas, para peserta juga diajak mengunjungi atau studi banding ke beberapa pemangku kepentingan, seperti kantor Mahkamah Agung (Attorney General) di Canberra, Australian’s Financial Intellegence Agency (Austrac) di Sydney, dan Tim Humas Australian Federal Police di Sydney.
Dr. Suhadi menyebutkan, “Sebagai akademisi, bagi saya program ini sangat bermanfaat setidaknya dalam dua hal.Pertama, membuka wawasan baru tentang CT-CVE, terutama pendekatanpublic health-nya. Menurut pendekatan ini terorisme tidak diatasi hanya ketika telah berkembang menjadi aksi-aksi terror dan kekerasan, tapi benih-benihnya perlu penanganan sejak dini”.
“Analoginya, seperti penyakit malaria. Yang penting bukan saja bagaimana mengobati orang yang sudah terjangkit malaria, tetapi juga bagaimana menciptakan lingkungan yang bersih dan daya tahan kesehatan masyarakat. Saya kira UIN Sunan Kalijaga telah melakukan banyak hal terkit dengan CVE baik secara langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan pengajaran Islam moderat danrahmatan lil’alamin”, imbuh Suhadi.
“Kedua, saya merasa program ini bermanfaat untuk sharing, memperdalam, dan mensosialisasikan riset-riset dalam bidang CVE di lingkungan UIN Sunan Kalijaga kepada akademisi dan praktisi lain dari kalangan pemerintah maupun non-pemerintah. Di sisi lain pengetahuan yang saya dapatkan di sini juga sangat berarti untuk pengembangan riset-riset di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga”, tambah Suhadi yang cukup aktif melakukan riset-riset mengenai CVE ini.
Dr. Wildan menambahkan, Workshop CT dan CVE ini juga bagus bagi akademisi terutama dalam hal intervensi untuk mereduksi kekerasan kelompok ekstremis dan untuk melakukan penelitian-penelitian kuantitatif guna mengukur efektifitas intervensi yang dilakukannya”. “Worshop ini juga bagus sebagai bagian dari networking para stakeholder yang aktif dalam bidang pencegahan dan penanganan radikalisme dan ekstremisme di Indonesia”, tegas Wildan.(Khabib/humas)