MUHSIN KALIDA DAMPINGI MASYARAKAT GEMAR MENULIS
Adalah Dr. H. Muhsin Kalida, S.Ag., MA.,dalam kesibukannyamengajar dan menulis,dosenProdi Bimbingan KonselingIslam (BKI),Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK), UIN Sunan Kalijaga ini mengelola perpustakaan komunitas yang diberi nama Cakruk Pintar, di Dusun Nologaten, Caturtunggal, Depok, Sleman, DIY. Cakruk Pintar berdiri tahun 2003, berawal dari keprihatinan Muhsin pada budaya membaca masyarakat yang semakin menyusut, karena dikalahkan oleh budaya menonton, saat itu. Dalam usianya kurang lebih 15 tahun, Cakruk Pintar semakin banyak dikunjungi masyarakat, dari usia anak-anak, remaja maupun dewasa.
Ditemui di tengah kesibukannya mengajar, Muhsin menceritakan, perpustakaan Cakruk Pintar dikunjungi semua kalangan. Terkadang pagi ibu-ibu sambil momonganak, mereka bisa asyik membaca buku, sementara yang sepuh membaca koran. Siang sampai sore anak-anak SD, usai sekolah hadir membaca, main game, belajar kelompok dan lain-lain. Remaja (usia SLTP-SLTA), kebanyakan berkunjung di malam hari.Sedangkan para pemuda dan usia dewasa, membaca buku, akses free-wifi, atau hanya sekedar begadang di angkringan yang ada di area Cakruk Pintar.
Jadi, perpustakaan Cakruk Pintar sifatnya terbuka, tidak berbatas ruang dan waktu, selama 24 jam. Selain dilengkapi dengan koleksi 3.250 eksemplar buku non pelajaran sekolah, meja-kursi baca, alat-alat permainan dan kesenian tradisional, peralatan hadrah, juga berbagai macam permainan edukatif, dan lain lain.
Dalam perjalanan waktu, Muhsin berharap pemustaka dan pengunjung, tidak hanya hadir dan gemar membaca, tetapi jugamenulis. Menurut Muhsin, membaca dan menulis merupakan kewajiban setiap orang, karena itu perintah agama.Banyak tokoh dunia dikenal bukan karena tutur kata, tetapi karena karya tulisnya. Menulis memang membutuhkan konsentrasi, menemukan tema, dan menciptakan mood. Kuncinya adalah bukan menunggu mood, tetapi mood harus diciptakan, bukan ditunggu, karena tak akan datang. Misalnya, di perpustakaan Cakruk Pintar, rak buku dibuat berwarna-warni, musik slow yang selalu terngiang sayup, suara air yang gemricik kecil, sesekali terdengar klonthong sapi, difungsikan sebagai pengkondisian suasana, supaya para pengunjung bisa betah di perpustakaan Cakruk Pintar, baik membaca maupun menulis.
Muhsin Kalida, bukan saja dikenal sebagai penulis, namun juga populer sebagai pegiat literasi dan trainer hypnowriting. Yaitu, workshop menulis dengan menghasilkan produk tulisan yang siap dicetak dan diterbitkan. Melalui metode ini, Muhsin berhasilmempersuasi masyarakat, siswa, guru, mahasiswa, maupun para pengunjung perpustakaan Cakruk Pintar, selain gemar membaca,juga menulis dan menerbitkan buku.
Metode unik dalam mengembangkan budaya literasi masyarakat ini, ditemukanMuhsin setelah melakukan riset yang panjang. Berlatar belakang psikologi (pendidikan), ia banyak mempelajari perilaku, kekuatan memori, sampai pada metode hypnowriting, sebagai metode untuk menumbuhkan minat menulis pada seseorang. Dengan metode ini, hanya butuh waktu tiga jam untuk mengajak seseorang, bermain, tes kekuatan memori, menemukan ide terdekat, menciptakan mood secara spontan, kemudian mengekspresikan dalam tulisan. Dengen metode yang dikembangkan ini, Muhsin telah mendampingi sekitar 80an buku yang diterbitkan oleh peserta training hypnowriting.
Dalam praktek, Muhsin tak menganjurkan orang yang belajar menulis buru-buru menghapus kalimat yang dianggap kurang pas di hati penulis, karena itu akan membuyarkan semua pikiran yang tertanam di otak saat itu. Jika itu terjadi akan mengganggu penulisan berikutnya. Jika targetnya 100 halaman, tulis saja sampai selesai, jika sudah tercapai, barulah memulai mengulang membaca dan memperbaiki, itu adalah masa editing. Jangan menulis sambil mengedit, karena ada masa menulis, ada pula masa mengedit.
Di perpustakaan Cakruk Pintar, memang difasilitasi wifi secara gratis, namun Muhsin memberi target, jika lebih dari 2 jam, pengunjung harus manulis apa saja, untuk membayar. Selanjutnya tulisan diedit oleh tim, kemudian diterbitkan menjadi buku karya pengunjung. Bagi yang tidak sempat datang ke Cakruk Pintar, tetap bisa belajar menulis di rumah secara on-line dengan arahan dan motivasi dari Muhsin.
Sebagai penulis, pendiri perpustakaan Cakruk Pintar, yang juga sebagai pegiat literasi, ternyata mendapat respon luar biasa dari pemerintah, sehingga ia diundang secara khusus dalam perhelatan Gemilang Perpustakaan Nasional 2018, di Jakarta, Kamis, 06/11/18. Muhsin menerima penghargaan tertinggi Perpustakaan Nasional RI, yakni Nugra Jasadharma Pustaloka, dalam kategori Penulis.
Menurut bapak dua putra dari istri Hj. Rumi Astuti, S.Pd.T., penghargaan ini didapat karena dedikasi, sumbangsih dalam mengembangkan perpustakaandan budaya literasi di Indonesia.Dengan penghargaan itulah kini Muhsin Kalida masuk jajaran Pegiat Literasi Nasional yang sangat diperhitungkan, dan kerap kalidiundang untuk menjaditrainer menulis dengan metode hypnowriting ke seluruh wilayah tanah air.
Putra kelahiran Tulungagung Jawa Timur (03/04/70) ini juga produktif menulis buku, yaitu 18 judul buku karyanya telah diterbitkan, dan 9 judul diantaranya didedikasikan untuk bidang literasi. Buku-buku karyanya antara lain: Budaya Santri memang Ditinggalkan (2001),Sahabatku Anak Jalanan (2004), Konseling Islam; Solusi Problematika Anak dan Remaja (2007),Model Jaringan Kemitraan Taman Bacaan Masyarakat (2009), Menggalang Dana melalui Taman Bacaan Masyarakat (2010), Strategi Kemitraan Taman Bacaan Masyarakat (2010), Indahnya Hidup di Jalanan (2011),Menggiring Ombak Literasi (bunga rampai) (2011), Fundraising TBM (2012), Jejak Kaki Kecil di Jalanan (2012),Jogja TBM Kreatif (2012), Strategi Networking TBM (2012), Gerakan Literasi; Mencerdaskan Negeri (2014), TBM di PKBM; Model dan Strategi Pengembangannya (2015), Capacity Building Perpustakaan(2015).
Dalam upaya membuka wawasan, alumni Program Doktor Psikologi Pendidikan Islam UMY ini,juga aktif mengikuti berbagai training, baik di dalam dan di luar negeri, antara lain: Networking and Fundraising (Kemensos), Family Counseling Methods and Techniques (Childhope Asia Philippines), International Training in Community Learning Centre (CLC) Planning and Management, (Sirindhorn Institute, Bangkok), International Training and Overseas Visit Study on Community Learning Centre and Non Formal Education Management (Singapura), Non-formal Education Training (Kualalumpur), Entrepreneurship Education (Universitas Ciputra), International Conference on Islamic Counselling (IIUM, Malaysia), International Training on Community Learning Centre (Taiwan), dan lain-lain.
Dalam kesibukan yang demikian padat, Muhsin tetap mengedepankan dalam mengasuh dan mendidik anak bersama sang istri yang juga seorang guru. Kini putra pertamanya, Aulia Aziz Mabruri sudah kuliah di Prodi Hubungan Internasional UII. Sementara putra keduanya, Aufa Nuuruz Zahway duduk di bangku SMP Shubbanul Wathan PP API Tegalrejo, Magelang. Muhsin sering memanfaatkan waktu bersama keluarga tercinta, dengan travelling mengunjungi berbagai taman, wisata literasi, dan mengunjungi berbagai perpustakaan di berbagai daerah dan berbagai perpustaaan di negara-negara lain. Teruslah berkarya Pak Muhsin, semoga menjadi catatan amal yang membawa kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin. (Weni)