FEBI UIN Suka Menyelenggarakan FGD Manajemen Keuangan Haji Pasca Pandemi Covid-19

Serangkaian dengan agenda “The 9th ASEAN Universities International Converence on Islamic Finance (AICIF), di Hotel Royal Ambarukmo Plaza, 17/11/2021, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam juga menyelenggarakan International Focus Group Siscussion (IFGD) bertajuk “Manajemen Keuangan Haji Pasca Pandemi Covid-19.” Agenda internasional yang berlangsung secara hybrid ini diikuti oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Phil Al Makin, Wakil Dekan 3, bidang Kemahasiswaan dan Kerja-sama, UIN Suka, Dr. Abdur Rozaki, para kepala Biro UIN Suka, para Dekan UIN Sunan Kalijaga, dan Dekan FEBI, UIN Sunan Kalijaga, Dr. Afdawaiza sebagai tuan rumah penyelenggara konferensi, para Dosen FEBI UIN Suka. Agenda ini juga dihadiri International Islamic University Malaysia, Universitas Islam Sultan Agung, Universitas Darussalam Gontor, Institut Tazkia, Universitas Islam Sultan Sharif Ali (Brunei Darussalam), Mindanao State University (Filipina), dan International Council of Islamic Finance Educators (ICIFE), dan juga agen perjalanan haji dan umroh di Indonesia, baik mereka mengikuti secara Zoom, maupun hadir di tempat acara.

Nara sumber menyampaikan presentasi secara Zoom, yakni: Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji, Dr. Anggito Abimanyu, M. Sc., menyampaikan presentasi dari Jakarta. Executive Director Of Investment (Lembaga Tabung Haji Malaysia), Mr. Mohamad Damshal Awang Damit, menyampaikan dari Malaysia. Head of Islamic Financial Sector, Resource Mobilization at Islamic Development Bank, Jeddah, Kingdom of Saudi Arabia, Mr. Zaki Mohamad Mansoer, menyampaikan dari Jeddah. Sementara moderator memandu dari Makkah, yakni; Chairman of The World Hajj and Umroh Convention Jeddah, Mr. Mohsin Tutla. Dosen FEBI, UIN Suka, Izra Berakon, M.Sc., di sela sela acara menyampaikan, agenda kali ini dimaksudkan untuk menjalin kedekatan para pengelola Haji dan Umroh antar negara, juga dengan Saudi Arabia. Meskipun tidak bisa selalu bertemu, namun terus menjalin sharing dan menjalin komunikasi intens melalui teknologi digital. FEBI UIN Suka juga selalu terbuka untuk memberikan forum diskusi semacam ini, dalam rangka perbaikan yang berkelanjutan manajemen penyelenggaraan Haji dan Umroh di Indonesia maupun negara-negara tetangga.

Sementara itu Dr. Anggito Abimanyu dalam paparannya menjelaskan bagaimana manajemen pengelolaan dana Haji di Indonesai selama ini, dan berbagai rencana perbaikan manajemen yang dilakukan di tengah era Pandemi Covid-19 ini, dan bagaimana mengatasi tantangan – tantangan ke depan. Dijelaskan, Pemerintah Saudi Arabia terus memberikan tambahan kuota Haji dari tahun ke tahun, dan Indonesia memperoleh kuota pada posisi 10 besar tertinggi, di tahun 2019 kemarin (Maroko 31.000, Argenia 36.000, Nigeria 79.000, Mesir 108.000, Banglades 127.198, Pakistan 179.210, Indonesia 221.000). Kuota Umroh (Yordania 200.857, Irak 270.995, Malaysia 274.066, Turki 306.987, Yaman 334.186, Aljazair 364.707, Mesir 535.861, India 643.563, Indonesia 946.962, Pakistan 1.590.731).

Selama Pandemi Covid – 19 tidak menyelenggarakan Haji dan Umroh, maka pasca Pandemi Covid-19, Pemerintah Saudi Arabia akan terus menaikkan kuota Haji dan Umroh hingga diprediksi di tahun 2030 nanti kunjungan Haji akan mencapai 30 juta dan Umroh 50 juta. Untuk itu Pihak Arab Saudi terus menjalin kedekatan komunikasi dengan negara-negara termasuk Indonesia. Agar penyelenggaraan Haji dan Umroh bisa semakin baik. Memodernisasi pelayanan, melakukan transparansi dan efisiensi bidang industri yang berkait dengan pelayanan Haji dan Umroh, pengelolaan anggaran yang semakin baik ditunjang teknologi digital. Agen keuangan Haji dan investasi di bidang pelayanan Haji dan Umroh akan memiliki kesempatan yang menggembirakan bekerja-sama dengan Kerajaan Arab Saudi maupun antar pebisnis.

Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Indonesia, sebagai institusi publik yang berada di bawah langsung Presiden berdasarkan UU Nomor 34/2014, Kepres Nomor 110/2017, PP Nomor 5/2018, dengan susunan organisasi terdiri dari ketua dan 7 orang pengawas, kepala membawahi 7 orang anggota eksekutif, merespon positif kebijakan perbaikan pengelolaan Haji dan Umroh yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi. Sebelumnya, selama tahun 2018 s/d 2020 BPKH mendapat penilaian WTP dari BPK. Ke depan, BPKH perupaya melakukan pengelolaan anggaran yang optimal dengan kepatuhan syari’ah dan manajemen resiko keuangan.

Dijelaskan Dr. Anggito Abimanyu, jumlah dana yang dapat diinvestasikan: Rp. 155 Triliun (10,9 Bio US$ ), meningkat sekitar Rp. 10 Triliun atau 716 Mio US$ per tahun. Penempatan di Bank Syariah Indonesia (sebagian besar mudharabah); 30%; Prinsip: optimal, syariah, efisien, aman dan likuid. Investasi Haji di Indonesia dan Global: Portofolio: sukuk, ekuitas, investasi portofolio Emas (5%) Investasi Langsung (20%) Investasi Lainnya (10%). Pengelolaan Dana BPKH: Investasi 70% (Sukuk Pemerintah-SBSN/SDHI-PBS, RDST, Sukuk Perusahaan, Keuangan Syari’ah melalui Bank Syari’ah/UUS). 30% ditempatkan di Bank Syari’ah/Unit Usaha syari’ah (Giro, Deposito dan Tabungan syari’ah). Menurut Dr. Anggito Abimanyu, kinerja pengelolaan keuangan BPKH selama Pandemi 2020/2021 aman (Digitalisasi Proses Operasional dan Bisnis BPKH, Memperkuat penanaman modal dalam negeri dan menjalin kerjasama dengan bank syariah dan Ormas Islam lainnya, Strategi investasi di KSA - Bersinergi dengan Misi Haji Indonesia, dan KSA, Bekerja sama dengan IsDB, Bekerjasama dengan Misi Haji Lainnya).

Dr. Anggito Abimanyu juga menyampaikan, BPKH memiliki fitur baru untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan penyelenggaraan Haji dan Umroh, yakni; fitur Mempromosikan Kesehatan Halal Produk & lingkungan ramah, fitur makanan siap saji, fitur daging tanpa tulang adahi, fitur sewa hotel jangka panjang, dan digitalisasi industri Haji dan Umroh. Sementara tantangan penyelenggaraan Haji dan Umroh yang harus ditangani secara serius oleh BPKH menurut Dr. Anggito Abimanyu antara lain; Ketidakpastian Umroh dan Haji 2021/2022, Skenario Haji/Umrah dengan Protokol Kesehatan, Mencari Peluang Investasi dan Mitra di KSA (Mekah dan Madinah), Menuju pengelolaan haji yang efisien dan efektif melalui pembiayaan berkelanjutan dan proses bisnis digitalisasi, Menyediakan dana sosial untuk ummat berdasarkan kebutuhan secara merata dan adil. Ini semua harus dipahami seluruh umat Muslim di Indonesia, dan oleh semua elemen yang terkait dengan penyelenggaraan Haji dan Umroh, demikian harap Dr. Anggito Abimanyu.

Selain agenda internasional di atas, selama sepekan terakhir ini, FEBI UIN Sunan Kalijaga juga untuk kedua kalinya mengadakan acara International Short Course (ISC), acara ini menghadirkan narasumber dan 195 peserta dari berbagai negara (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Philippines, Nepal, dan Sri Lanka). Acara ini dilaksanakan secara hybrid, yaitu secara daring melalui Zoom dan luring terbatas (16 orang dari Universitas Airlangga, UIN Antasari dan UIN Sunan Kalijaga) di Hotel Royal Ambarukmo Plaza juga, 15-17/11/2021. Adenda ISC mengangkat tema “Promoting Halal Industry in Achieving SDGs.” Pembuka ISC welcoming speech dari Dekan FEBI UIN, Dr. Dr. Afdawaiza, S.Ag., M.Ag., opening speech dari Rektor UIN Suka, Prof. Dr. Phill. Al-Makin. Plaksanaan short course menghadirkan pembicara yang ahli di bidangnya yaitu: Dr. Phill. Sahiron, M.A. (Wakil Rektor 2 UIN Sunan Kalijaga) dengan tema “Fiqh for Halal Industry Products and Services.Prof. Dr. Irwandi Jaswir, M.Sc. (Halal Industry Research Centre IIU Malaysia) dengan tema “The Global Halal Industry, Public Awareness of Halal Products and Halal Labels.” Afdhal Aliasar (Director of Halal Product Industry KNEKS) dengan tema “Indonesia Halal Industry Direction and Development.” Dr. Subandriyah, MM. (Head of Halal Product Assurance Cooperation_BPJPH) Topic: “Halal Assurance System Implementation.” Sapta Nirwandar (Chairman of Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC)) dengan tema “Global Halal Supply Chain Management.” Dr. M. Ghafur Wibowo, M.Sc. (Director of Magister of Islamic Economic Department) FEBI UIN Suka, dengan tema “Halal Tourism Index.” Dwiwahyu Haryo (Vice President Supply Chain Management Paragon Technology and Innovation) dengan tema “Halal Supply Chain Management in Halal Cosmetics Industry.

Dr. Afdawaiza, S.Ag., M.Ag. menjelaskan, International Short Course (ISC) merupakan salah satu program pengembangan kompetensi bagi mahasiswa. Program short course merupakan salah satu rangkaian penting perkembangan industri halal di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Program ini dirancang untuk meningkatkan literasi di sisi konsumen dan produsen. Program ini dilaksanakan dengan target mahasiswa dalam dan luar negeri. International Short Course (ISC) juga merupakan salah satu program kerjasama antara FEBI UIN Suka dengan berbagai universitas dan instansi atau stakeholders lainnya di dalam dan luar negeri. Salah satu tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di bidang ekonomi syari’ah guna menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syari’ah di dunia. Di era kolaborasi ini, perguruan tinggi perlu menjalin kerjasama dari berbagai pemangku kepentingan guna mempersiapkan diri yang unggul, berdaya saing dan berwawasan Islam. (Weni/Agus/Alfan)