Teater ESKA Sukses Persembahkan Studi Pentas Terbaru: Jam Dinding yang Berdetak

UKM Teater ESKA, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, berhasil menggelar pertunjukan teater bertajuk "Jam Dinding yang Berdetak" di Gelanggang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pertunjukan ini merupakan kelanjutan dari Workshop Anggota Baru dan sebagai gerbang terakhir sebelum anggota baru secara resmi diangkat menjadi anggota Teater ESKA.

Pertunjukan "Jam Dinding yang Berdetak" mendapat sambutan yang baik dari mahasiswa dan komunitas teater di Yogyakarta dan sekitarnya. Sebanyak kurang lebih 400 orang datang untuk menyaksikan pertunjukan tersebut.

"Studi Pentas adalah debut anggota baru, bertujuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka peroleh selama Workshop Anggota Baru dan mengasah kreativitas mereka di bidang kreatif dan produksi," kata Oman Talang, Production Leader dari Studi Pentas Teater ESKA.

"Dalam eksekutif hanya menempati posisi penting seperti Production Leader, Stage Manager, Director, Astrada, dan Fasilitas dan Infrastruktur. Sisanya memberikan kebebasan kepada anggota baru untuk menemukan dan mengasah potensi mereka," tambahnya.

Khuluq, sutradara dari pertunjukan tersebut, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua kru yang dengan antusias berpartisipasi dalam proses Studi Pentas dan kepada seluruh penonton yang datang untuk mengapresiasi pertunjukan "Jam Dinding yang Berdetak".

Setelah Studi Pentas, Khuluq memberikan harapannya kepada anggota baru Teater ESKA, "Dengan implementasi Studi Pentas, diharapkan dapat menjadi napas baru bagi Teater ESKA."

"Sesuai dengan judulnya, saya berharap setelah Studi Pentas, anggota baru kita tidak akan menghentikan jam mereka yang terus berdetak," tambahnya.

Sedangkan untuk cerita singkat dari pertunjukan "Jam Dinding yang Berdetak", berikut ceritanya:

Krisis moneter yang melanda suatu negara berdampak pada situasi sosial dan ekonomi penduduknya, termasuk keluarga Pattiwel yang sudah hidup selama 25 tahun. Ketika krisis moneter terjadi, segalanya berubah, dan mereka menjadi miskin.

Thomas Pattiwel, yang dipecat dari pekerjaannya, menjadi frustrasi dan menjadi pecandu alkohol. Dia kemudian mencari nafkah dengan berselingkuh dengan seorang wanita kaya untuk mendapatkan uang. Sementara itu, Marrie, istri Thomas Pattiwel, hanya bekerja sebagai buruh cuci harian. Dua anak mereka, Magda dan Benny, putus sekolah karena keterbatasan keuangan.

Di tengah situasi ini, keluarga ini penuh dengan konflik setiap hari. Marrie selalu khawatir tentang masa depan keluarganya dan menjadi ketakutan. Hingga akhirnya, ketakutan Marrie mencapai puncaknya saat ia melihat saputangan Thomas yang tercemar darah akibat kecelakaan yang ia alami saat bersama selingkuhannya.